Mohon tunggu...
Tareq Albana
Tareq Albana Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Nominee of Best Citizen Journalism Kompasiana Awards 2019. || Mahasiswa Universitas Al-Azhar, Mesir. Jurusan Hadits dan Ilmu Hadits.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama FEATURED

4 Pengalaman Positif yang Hanya Dialami oleh Para Santri

22 Oktober 2019   20:15 Diperbarui: 22 Oktober 2021   10:00 3069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kenangan saya saat menjadi seorang Santri di Pondok Pesantren Diniyah Limo Jurai, selamat hari Santri (dokpri)

Kedisiplinan akan sulit diajarkan jika anak masih tinggal bersama orangtua.

Hukuman yang diberikan pun beragam dan yang paling umum adalah hukuman botak jika melanggar suatu pelanggaran. Walau terkesan sedikit sadis, tapi hukuman botak sangat efektif memberikan efek jera dibandingkan dengan memukul santri, sehingga santri terbiasa disiplin dalam keseharian.

Hal ini sangat positif untuk masa depan mereka agar mampu menghadapi tantangan dunia yang semakin sengit.

Mandiri Sejak Dini
Pengalaman selanjutnya yang akan dialami setiap santri adalah kemandirian, di mana sejak hari pertama santri berpisah dari orangtua mereka sudah harus menyelesaikan semua urusannya sendiri, mulai dari mencuci, melipat baju serta menyiapkan seragam sekolah. 

Padahal santri baru berumur 12 tahun. Namun itulah kelebihan pendidikan di pesantren yang menempa jiwa mereka agar mandiri di usia dini.

Mandiri di sini bukan sekadar menyiapkan segala kebutuhannya sendiri seperti memasak lauk, memasak nasi, sayur, dan lain-lain, melainkan juga menyelesaikan konflik dengan teman dan bertahan menghadapi tekanan tanpa mengadu ataupun berlindung di ketiak orangtua. 

Kemandirian ini adalah kunci utama kesuksesan santri dalam pendidikannya. Setelah mereka bisa mandiri, maka akan tumbuh kesadaran akan pentingnya sekolah untuk masa depan mereka. 

Tak heran jika kita melihat  santri yang sudah beberapa tahun di pondok, ia sanggup belajar dan melahap materi-materi pelajaran yang banyak dan berat. 

Seperti saya dulu yang pernah mempelajari kitab berbahasa Arab setebal 600 halaman hingga selesai. Semua itu berkat kesadaran yang ditumbuhkan oleh pendidikan pesantren. Tanpa adanya kesadaran, tak mungkin rasanya untuk mempelajari kitab sebesar itu.  

Belajar Menyelesaikan Konflik
Hidup dalam kebersamaan adalah pengalaman yang pasti dialami santri, di mana mereka belajar untuk menurunkan ego, tenggang rasa dan berbagi kepada teman. 

Biasanya satu asrama itu dihuni hingga ratusan santri. Mereka datang dari daerah, karakter, dan sifat yang berbeda sehingga muncul banyak masalah yang akan dialami oleh santri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun