Mohon tunggu...
Mumin Boli
Mumin Boli Mohon Tunggu... Seniman - Human Rights Activist

Hidupilah hidupmu sehidup-hidupnya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gerakan Mahasiswa Sekarang Bisa Melampaui Reformasi 98 Atau Enggak Sih?

4 Februari 2021   21:10 Diperbarui: 4 Februari 2021   23:13 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi HMI KORKOM UIN Sunan Kalijaga dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda di Tugu Yogyakarta. Minggu, 28/10/2018.

Bud rupanya kini sudah 22 tahun reformasi, cuman nampaknya format pengelolaan negara kok gak beda jauh sama rezim Orde Baru yang dominasi dan kontrolnya terhadap kebebasan kita Subhanallah sekali yah.

Lantas muncul pertanyaan dalam benakku begini Bud, “Kenapa sih di era yang sudah secanggih dan setransparan ini kok para pengelola negara mau balik primitif lagi? Apakah orang-orang lama yang tamak pada era kelam Orde Baru berhasil merangsek masuk ke pemerintahan lagi? Ataukah memang pemerintah bisa jumawa seperti sekarang untuk melancarkan lagi hasrat serakahnya dalam mencari pundi-pundi kekayaan lewat menjarah alam dan menghisap tenaga buruh, karena semua eks aktivis 98 yang dulu kritis dan vokal, udah ditarik masuk ke dalam tampuk kekuasaan? Ataukah memang hari ini gak ada yang oposisi lagi pasca pemilu 2019?”

Ah.. Entahlah Bud! Mungkin itu sekelumit pertentangan pikiranku yang dangkal akan ilmu ini.

Sepertinya mahasiswa awam seperti kita kurang membaca dan analisis soal perkembangan sosial politik yang ruwet ini Bud. Kira-kira kalau sudah begini apakah akan terjadi kemarahan masyarakat dalam bentuk revolusi atau reformasi lagi tapi jilid II yah Bud?

Apalagi sekarang Omnibus Law Cipta Kerja sudah disahkan menjadi undang-undang yang dalam proses pembentukannya cacat prosedural dan minim partisipasi publik itu mendapat banyak aksi protes penolakan hampir di setiap daerah. Sebab katanya isi undang-undang ini merugikan masyarakat kecil dan hanya menguntungkan orang-orang kaya di istana sana.

Nah! Kalau situasinya sudah karut-marut begini, kira-kira kita sebagai mahasiswa harus ngapain yah Bud?

Soalnya yang aku lihat. Di tengah pembungkaman demokrasi saat ini, juga kebenaran hanya versi mutlak penguasa, nampaknya gerakan mahasiswa kekinian masih sibuk mikirin panggung politik bahkan juga konten fotonya saat aksi.

Sudahlah Bud! Sepertinya emang gak ada beda slogan mahasiswa: “Agent of change, agent of control” sama slogan polisi “Melindungi dan mengayomi” rupanya sama-sama semu. Hanya slogan usang tanpa makna yang terus digaungkan. Sama halnya ideologi pancasila yang selalu diributin para elit tapi penerapannya enggak pernah ada sama sekali.

Satu lagi yang bikin aku heran Bud! Mahasiswa sekarang banyak sekali perkumpulan aliansinya. Baik itu tataran Aliansi BEM, Aliansi ORMEK, maupun aliansi-aliansi otonom lainnya. Hanya saja dari banyaknya aliansi-aliansi itu, yang bikin aku heran kok arah geraknya gak jelas itu loh. Dan kenapa mereka gak satu aja gitu. Bukannya kita sama-sama mahasiswa. 

Yang bikin gak jelas lagi yah karena gak pernah hasilin apa-apa. Contohnya RUU KPK dan MINERBA yang mereka tolak pun sudah jadi undang-undang. Bahkan setelah sah menjadi undang-undang pun mereka gak ada perlawanan lagi. Malah pasrah dan terdiam dalam bisu.

Sepertinya Bud! Mereka belum seperti Nyai Ontosoroh dan Minke yang berjuang sebaik-baiknya dan sehormat-hormatnya. Menurutku mereka harus merubah pola gerakan Bud. Jadi jangan hanya bergerak ketika ada isu elit saja. Coba mereka tuh punya semacam program mencerdaskan masyarakat yang berkelanjutan gitu loh. Biar kalau ada isu nasional yang menyangkut hajat hidup banyak orang, masyarakat pun bisa diajak aksi karena sudah terkonsolidasikan sebelumnya.

Akan tetapi Bud! Yang ada malah mereka saling berantem soal siapa yang paling hebat dalam berjuang. Ada lagi yang unik Bud. Kadang ada yang make aliansinya buat cari hiduplah. Buat aliansinya jadi kaki tangan rezimlah. Belum lagi para pembesar aliansi sibuk berakrobatik buat cari lirikan parpol.

Haduhhh! Memang kacau banget bud. Entahlah nanti jadi apa demokrasi kita enggak taulah. Soalnya yang menjadi mitra kritis pun niatnya setengah-tengah dan gak Lillahitaala demi kemaslahatan umat tapi kemaslahatan pribadi dan golongan. Sebenarnya mereka itu pura-pura kritis biar ditarik masuk ke kekuasaan juga atau gimana yah Bud?

Entahlah!

Terus kalau semisal hari ini kita mau revolusi, sepertinya bagiku gak mungkin.

Kenapa? Kan revolusi itu perubahan secara total dalam sistem ekonomi dan politik kita yang dilakukan secara berdarah-darah. Orang kita mahasiswa sekarang saja kan belum solid dan masih ada gap-gapan. Dan tahunya cuman bisa tolak, desak, cabut, dan kecam setiap produk kebijakan yang tidak adil. Jadi, seolah-olah kita gak punya pilihan alternatif buat melawan dan terjebak dalam permainan sistem yang bengis ini Bud.

Terus kalau reformasi, apa yang mau direformasi?

Soal ekonomi, hukum, atau politiknya. Kalau aku sih politiknya Bud. Dan harus banget! Karena demokrasi kita udah dibajak kawanan elit bekas didikan Orde Baru demi kepentingan ekonominya. 

Tapi caranya gimana yah Bud? Bukannya sekarang udah demokrasi. Apakah kita harus bikin dewan rakyat? Biar reformasi gak dikorupsi lagi. Tapi lagi-lagi gimana? Bukankah semua caranya sudah diatur dalam undang-undang yah. Dan kecil kemungkinan itu gak bakal terjadi.

Ah.. Sudahlah Bud! Pusing kepalaku mikirnya. Sepertinya kita harus ngopi Bud. Dan harus lebih serius membahas tawaran alternatifnya. By the way! Terima kasih yah Bud. Udah mau dengar keresahanku ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun