"Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan di bumi. Ingatlah, sesungguhnya janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui(nya)."
Keenam, ojo gumunan, ojo getunan, ojo kagetan lan ojo aleman. Maknanya jangan mudah kagum pada seseorang hingga membutakan mata hati dan mematikan akal pikiran, karena kalau ternyata orang yang kita kagumi tidak seperti yang kita harapkan, kita tidak mudah terkejut dan kemudian kecewa.
Ketujuh, ojo ketungkul marang kalungguhan, kadonyan lan kemareman. Jangan membiarkan diri kita tersandera oleh keinginan duniawi, yaitu kedudukan, kehormatan dan harta, karena biar bagaimanapun hebatnya hidup kita di dunia, pada nantinya tidak akan berguna kecuali amalan yang kita lakukan. Â
Kedelapan, ojo kuminter mundak keblinger, ojo cindrak mundak cilaka. Filosofi ini mengandung makna bahwa  jangan pernah merasa sok pintar atau sok paling tahu, karena biasanya kesoktahuan kita terkadang malah menyesatkan dan membuat kita salah arah. Banyak bertanya pada mereka yang lebih pandai atau ahlinya.
Ojo cindrak mundak cilaka sendiri bermakna, jangan pernah berlaku curang, karena kecurangan tidak akan mendatangkan manfaat apapun selain  keburukan dalam hidup. Allah sangat melarang perbuatan curang, bahkan dalam Al-Qur'an ada surat khusus yang membahas masalah tindakan curang, yaitu Surat Al-Muthaffifin (Orang-orang yang curang). Naudzubillah min dzalik.
Kesembilan, ojo milik barang kang melok, ojo mangro mundak kendho. Kalimat pertama bermakna jangan mudah silau pada kemewahan, kecantikan dan keindahan, karena sejatinya semua hal bersifat sementara. Tak ada yang kekal selain Allah. Sedangkan kalimat yang kedua bermakna kita harus tetap fokus pada satu tujuan, agar kita dapat mengejar tujuan dengan penuh semangat.q
Kesepuluh, ojo adigang, adigung, adiguno. Filosofi kesepuluh ini paling singkat dan sederhana, namun paling dalam maknanya, yaitu jangan sok kuasa, sok besar dan sok sakti. Ketika mendapatkan amanah untuk menjadi seorang pemimpin, jangan pernah mentang-mentang. Jangan kemudian sedang berkuasa lalu memperkaya diri sendiri, kerabat dan keluarganya.
Jangan pula bertindak dzalim dan merasa kebal terhadap hukum. Karena sesungguhnya setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban dihadapan Allah. Rasulullah bersabda
"Seseorang yang dijadikan pemimpin, tapi tidak menjalankannya dengan baik, maka dia tidak akan mencium harumnya surga." (HR. Imam Bukhari).
Walaupun sudah berusia ratusan tahun, tetapi kesepuluh filosofi ini masih sangat relevan hingga saat ini. Semoga renungan ini menjadi bahan intropeksi untuk kita semua agar menjadi manusia yang lebih baik lagi. Semoga Allah memudahkan langkah kita semua. Aamiin