Mohon tunggu...
Tanjung Sari Puji Rahayu
Tanjung Sari Puji Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis/Blogger

Penulis amatir yang suka menjadi pengamat bidang kebijakan publik, hukum, sosial dan politik. Penulis yang suka tantangan untuk menulis segala jenis tulisan, fiksi dan non fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Inilah 10 Filosofi Kuno yang Masih Selalu Aktual Hingga Kini

11 September 2021   07:04 Diperbarui: 11 September 2021   07:31 1205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sunan Kalijaga adalah salah satu dari 9 Wali yang paling dikenal secara luas oleh masyarakat, terutama di masyarakat Jawa. Hal ini mungkin dikarenakan, Beliau salah satu wali yang merangkul kearifan lokal dalam menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Menurut Beliau, Islam akan lebih diterima jika masyarakat sudah memahami nilai-nilai Islam dan dengan sendirinya kebiasaan-kebiasaan lama yang sudah mendarah daging akan hilang dengan sendirinya (id.wikipedia.org)

Dalam berbagai ceramahnya, Beliau  menggunakan pendekatan budaya melalui seni wayang, seni suara dan seni musik dalam dakwahnya. Lagu Gundul-Gundul Pacul, Lir Ilir dan lakon Petruk Dadi Ratu (Petruk Menjadi Raja) adalah beberapa karya-karya Beliau yang masih kita kenal sampai saat ini.

Paham keagaaman Beliau yang cenderung pada aliran sufistik, menjadikan Beliau juga seorang filsuf Jawa yang mengajarkan makna kehidupan. Ada 10 filosofi hidup yang menurut Beliau dapat membantu kita untuk mendapatkan kehidupan yang selamat dunia dan akhirat. 10 filosofi hidup ini oleh masyarakat Jawa dikenal dengan nama Dasa Pitutur.

Di masa milenial ini tak ada salahnya kembali napak tilas memaknai masing-masing filosofi yang telah Sunan Kalijaga wariskan ratusan tahun yang lalu, tetapi maknanya tetap akurat dengan kehidupan kita sehari-hari.

Pertama, urip iku kudu urup atau hidup itu harus terang. Maknanya kita dalam hidup harus memberikan manfaat sebanyak-banyaknya bagi orang lain. Memiliki kepekaan akan kesulitan orang lain. Saling menolong dan saling membantu, karena tidak akan pernah tahu kebaikan apa yang nantinya membawa kita masuk surga. Seperti firman Allah SWT

"Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya."(QS Az Zalzalah: 7).

Kedua, memayu hayuning bawono, ambrasto dur hangkoro, yang bermakna bahwa dalam hidup kita sebaiknya lebih mengutamakan kesejahteraan dan kebahagiaan. Lupakan ketamakan dan keserakahan, karena manusia pada dasarnya memiliki sifat tidak pernah puas akan dirinya, selalu menginginkan lebih dan lebih lagi, sehingga sering kali lupa mensyukuri apa yang kita miliki saat ini.

Ketiga, suro diro joyo jayaningrat, lebur dening pangastuti. Filosofi ini bermakna bahwa segala semua sifat keras hati, picik dan tidak mau menerima kebenaran, lama-lama akan terkalahkan oleh kelembutan dan kesabaran. Jangan berputus asa dalam menyuarakan kebenaran, karena pada akhirnya Allah akan selalu berpihak pada mereka yang benar.

Keempat, ngluruk tanpo bolo, menang tanpo ngasorake, sekti tanpo aji-aji, sugih tanpo bondo. Sejatinya bermakna bahwa sebenarnya setiap orang memiliki kekuatan tersembunyi yang dapat membuatnya mengatasi segala kesulitan secara mandiri. Namun saat itu berhasil kita lakukan, jangan pula kita merasa jumawa atau sombong, sehingga merendahkan orang lain. Kemampuan itu adalah senjata kita dalam menghadapi kesulitan hidup dan memperkaya karakter kita, walaupun kita bukan orang yang berlimpah materi dunia.

Kelima, datan serik lamun ketaman, fatan susah lamun kelangan. Filosofi kelima ini masih berkaitan dengan filosofi keempat, yang maknanya agar kita tidak mudah jatuh dan putus asa saat menghadapi musibah seberat apapun dan tidak mudah terpuruk saat kehilangan sesuatu. Sesungguhnya segala sesuatu yang kita miliki adalah titipan dari Allah dan Allah yang memiliki kuasa untuk mengambil apa yang titipan tersebut, kapanpun Allah menghendakinya.

Firman Allah dalam QS. Yunus ayat 55

"Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan di bumi. Ingatlah, sesungguhnya janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui(nya)."

Keenam, ojo gumunan, ojo getunan, ojo kagetan lan ojo aleman. Maknanya jangan mudah kagum pada seseorang hingga membutakan mata hati dan mematikan akal pikiran, karena kalau ternyata orang yang kita kagumi tidak seperti yang kita harapkan, kita tidak mudah terkejut dan kemudian kecewa.

Ketujuh, ojo ketungkul marang kalungguhan, kadonyan lan kemareman. Jangan membiarkan diri kita tersandera oleh keinginan duniawi, yaitu kedudukan, kehormatan dan harta, karena biar bagaimanapun hebatnya hidup kita di dunia, pada nantinya tidak akan berguna kecuali amalan yang kita lakukan.  

Kedelapan, ojo kuminter mundak keblinger, ojo cindrak mundak cilaka. Filosofi ini mengandung makna bahwa  jangan pernah merasa sok pintar atau sok paling tahu, karena biasanya kesoktahuan kita terkadang malah menyesatkan dan membuat kita salah arah. Banyak bertanya pada mereka yang lebih pandai atau ahlinya.

Ojo cindrak mundak cilaka sendiri bermakna, jangan pernah berlaku curang, karena kecurangan tidak akan mendatangkan manfaat apapun selain  keburukan dalam hidup. Allah sangat melarang perbuatan curang, bahkan dalam Al-Qur'an ada surat khusus yang membahas masalah tindakan curang, yaitu Surat Al-Muthaffifin (Orang-orang yang curang). Naudzubillah min dzalik.

Kesembilan, ojo milik barang kang melok, ojo mangro mundak kendho. Kalimat pertama bermakna jangan mudah silau pada kemewahan, kecantikan dan keindahan, karena sejatinya semua hal bersifat sementara. Tak ada yang kekal selain Allah. Sedangkan kalimat yang kedua bermakna kita harus tetap fokus pada satu tujuan, agar kita dapat mengejar tujuan dengan penuh semangat.q

Kesepuluh, ojo adigang, adigung, adiguno. Filosofi kesepuluh ini paling singkat dan sederhana, namun paling dalam maknanya, yaitu jangan sok kuasa, sok besar dan sok sakti. Ketika mendapatkan amanah untuk menjadi seorang pemimpin, jangan pernah mentang-mentang. Jangan kemudian sedang berkuasa lalu memperkaya diri sendiri, kerabat dan keluarganya.

Jangan pula bertindak dzalim dan merasa kebal terhadap hukum. Karena sesungguhnya setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban dihadapan Allah. Rasulullah bersabda

"Seseorang yang dijadikan pemimpin, tapi tidak menjalankannya dengan baik, maka dia tidak akan mencium harumnya surga." (HR. Imam Bukhari).

Walaupun sudah berusia ratusan tahun, tetapi kesepuluh filosofi ini masih sangat relevan hingga saat ini. Semoga renungan ini menjadi bahan intropeksi untuk kita semua agar menjadi manusia yang lebih baik lagi. Semoga Allah memudahkan langkah kita semua. Aamiin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun