Dinamika politik kita beberapa hari ini dimeriahkan oleh bumbu perdebatan antara Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar dan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuzy. Bermula dari saling "balas pantun" mereka di media sosial, perdebatan ini lalu diangkat oleh media mainstream, termasuk Kompas.com.
Cak imin adalah keponakan Gus Dur, sedangkan Romy adalah cicit pendiri NU KH Wahab Chasbullah. Sepanas apa pun perdebatan mereka digambarkan media, saya berkeyakinan keduanya sebenarnya tetap saling menghormati dan berteman baik. Topik perdebatan keduanya pun enggak norak, seperti isu SARA ala Gatot Nurmantyo.
Dan yang terakhir, mereka berdua tengah gencar mengiklankan diri di media mainstream, media sosial, baliho, spanduk dan sebagainya. Cak Imin secara terbuka mempromosikan diri sebagai calon wakil presiden, sedangkan Romy lebih menonjolkan status sebagai Ketua Umum PPP.
Tentu saja, iklan-iklan tersebut tak lepas dari Pileg dan Pilpres yang akan digelar sebentar lagi. Mengingat bursa cawapres Jokowi masih berlangsung hingga sekarang, kita pun bertanya, seserius apa sebenarnya Cak Imin dan Romy untuk mencalonkan diri selaku pendamping Jokowi di Pilpres 2019. Dan manakah yang lebih berpeluang untuk dipinang Jokowi?
Jika dilihat secara kasat mata, tak bisa ditampik bahwa Cak Imin lebih serius mencalonkan diri. Tengok saja baliho, spanduk, dan aktivitas blusukannya ke seluruh penjuru Tanah Air untuk memperkuat jaringan Join alias Jokowi-Imin.Â
Dia juga rajin mengeluarkan pernyataan dan dikirim kepada media. Yang terbaru adalah ucapan belasungkawanya atas tragedi kapal Sinar Bangun yang tenggelam di Danau Toba.
Sementara Romy baru fokus memperkenalkan diri saja, ditambah embel-embel jabatan sebagai Ketua Umum PPP. Tengok saja iklannya sesaat sebelum buka puasa yang wara-wiri di berbagai stasiun TV sepanjang Ramadan lalu.
Karena itu, tak mengherankan jika survei membuktikan bahwa Cak Imin lebih populer dibandingkan Romy. Survei Indo Barometer periode 15-22 April 2018 menunjukkan, pasangan Jokowi-Muhaimin mendapatkan angka elektabilitas sebesar 47,8 persen. Sementara, pasangan Jokowi-Romahurmuzy mendapatkan 41,6 persen.
Barangkali, data ini juga dibaca oleh Ketua Umu PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri. Dalam acara peringatan haul ke-48 Bung Karno kemarin (21/6), Megawati sekali lagi menyampaikan guyonan tentang Cak Imin.
"Ini ada si anak hilang, yang sudah balik lagi. Namanya Imin alias Cak Imin. Tapi si anak hilang ini sudah terkenal sekarang. Sudah ngetop. Iya, bener," kata Megawati.
Kembali ke pertanyaan tentang "manakah yang lebih berpeluang untuk dipinang Jokowi?" Secara pribadi, saya melihat Romy sebetulnya seperti sadar diri bahwa belum saatnya bagi dia untuk mencalonkan diri menjadi cawapres.Â
Pengalamannya belum sebanyak Cak Imin. Romy, misalnya, belum pernah menjadi menteri di kabinet mana pun. Kedua, dia baru menjabat Ketua Umum PPP sejak 2014. Artinya, pengalamannya belum sematang Cak Imin.
Dengan kata lain, saya melihat peluang Cak Imin lebih besar menjadi pendamping Jokowi. Bagaimana menurut Anda?