Pembangunan masjid ini dikerjakan secara bergotong royong melalui swadaya masyarakat, dimana kayu pembangunan surau terutama untuk tonggak tuo (tiang macu) diambilkan dari hutan Gunung merapi. Setelah kayu-kayu tersebut diperiksa oleh tukang kayu yang akan mengerjakan pembangunan surau itu maka dinyatakan kayu itu mempunyai cacat, menurut kepercayaan masyarakat pada saat itu bahwa kayu yang mempunyai ilat atau kayu yang sedang berbunga tidak boleh dipakai untuk pembanguan, jika digunakan juga kayu tersebut cepat dimakan rayap dan akan mendatangkan malapeteka.
Denah mesjid berbentuk persegi panjang berbentuk panggung dengan bagian mihrab dan "serambi" menonjol keluar dari bangunan utama. Bangunan di kelilingi pagar besi setinggi 90 cm di bagian selatan dan pagar tembok setinggi 110 cm dibagian barat dan utara pintu gerbang berada di sebelah selatan bangunan terbuat dari kayu. Atap susun tiga dari seng dan bergonjong dua di bagian mihrab dan serambi.
Pintu masuk ruang utama berada di sebelah timur melalui tujuh buah anak tangga. Pintu memiliki dua buah daun pintu. Dinding terbuat dari kayu papan ukir khas tradisional Minangkabau di bagian luar, sedangkan bagian dalam ditambah lapisan papan polos (baru). Lantai mesjid dari papan kayu. Surau ini di topang oleh 25 buah tiang, Tiang dari kayu berjumlah delapan buah dengan garis lingkar rata-rata 110-130 cm dan sebuah tiang sebagai tonggak macu berada ditengahtengah.
Sekeliling dinding terdapat 13 buah jendela, masing-masing jendela terdiri dari dua lapis, pada bagian dalam terdapat 8 buah lobang angin. Jendela bagian luar terbuat dari kayu dan penuh dengan ukiran berwarna warni, daun jendela sebanyak dua buah. Sedangkan pada bagian dalam juga terdapat dua daun jendela berkacaJendela kaca dengan dua daun di ruang utama terdapat mihrab yang menjorokkeluar dari ruang utama.
Di bagian timur terdapat bangunan serambi yang menjorok keluar seperti pada bagian mihrab. Bangunan serambi berupa ruangan tertutup tanpa jendela dan atapnya berbentuk gonjong. Saat ini ruangan serambi di mamfaatkan sebagai ruangan kantor pengurus mesjid dengan menyekatnya dari ruang utama dan membuat sebuah pintu masuk di sebelah barat (dari ruang utama).
Tabuah (bedug) mesjid terbuat dari pohon kelapa diletakkan dalam bangunan tersendiri berbentuk panggung, seperti bangunan rangkiang (bangunan tempat menyimpan padi). Terletak di bagian depan mesjid sebelah utara (utara serambi). Bangunan terbuat dari kayu, dinding papan berukir, dan atap dari seng bergonjongempat. Pintu masuk terdapat di sebelah timur.
Tempat wudhu terpisah dengan bangunan mesjid, terdapat di luar pagar, berada disebelah selatan bagian depan mesjid, tepatnya berada di bawah bangunan rumah garin mesjid. Masuk tempat wudhu melalui tangga menurun dari sebelah barat. Air wudhu didapat dari mata air yang terdapat di sekitar Mesjid Asasi Nagari Gunung.
Struktur dan Kontruksi Masjid Asasi
Secara arsitektural, Masjid Asasi dibangun dengan gaya khas Minangkabau yang kuat unsur lokalnya. Seluruh komponen bangunan, mulai dari dinding, lantai, hingga tiang penyangga, dibuat dari kayu. Di bagian tengah masjid berdiri satu tonggak macu tiang utama yang berukuran besar dikelilingi delapan tiang lainnya. Satu tonggak macu artinya esa. Total terdapat sembilan tiang utama, dan semuanya merupakan struktur asli sejak awal pembangunan.
Bangunan masjid berdiri di atas tanah seluas 25 x 22 meter, dengan ruang utama untuk salat berukuran sekitar 13,1 x 13,1 meter. Ruang ini ditinggikan satu meter dari tanah sehingga menyisakan kolong, mengikuti pola bangunan tradisional Minang. Mihrab menjorok ke sisi barat dan memiliki atap seperti candi hindu, sementara serambi masjid berada di sisi timur yang dipisahkan dari ruang utama. Mimbar masjid terbuat dari kayu papan dan masih digunakan hingga kini. Jendela kaca berdaun dua tersebar di sisi utara dan selatan, serta di sekitar mihrab, menjadi sumber cahaya alami bagi bagian dalam bangunan. Atap Masjid Asasi awalnya menggunakan ijuk, namun sebelum tahun 1900 telah diganti dengan atap seng berbentuk limas tiga tingkat. Model ini memudahkan aliran air hujan turun lebih cepat desain yang sangat cocok dengan iklim tropis di wilayah Minangkabau. Sebuah menara kecil untuk azan dulunya berdiri di sisi masjid dan masih digunakan sebelum hadirnya pengeras suara modern. Di sekeliling bangunan utama terdapat pagar tembok dan gerbang utama di sisi selatan. Di sisi utara, terdapat bangunan tambahan menyerupai lumbung tempat bedug dan alatalat masjid lainnya disimpan.