Mohon tunggu...
Tanah Beta
Tanah Beta Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa Semester Akhir pada IAIN Ambon

menulislah sebelum dunia menggenggam nafasmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pembunuhan

18 Desember 2020   11:49 Diperbarui: 18 Desember 2020   19:43 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Liputan6.com

"MMMAAAAYYYYAAAATTT" teriaknya terbata-bata.

***

4 orang yang terbaring kaku dan saling menindih antara satu dengan lainnya itu, tubuh mereka dipenuhi ceceran darah. Denis lantas menenangkan dirinya, kemudian memindahkan satu per satu supaya tidak saling menindih.

Darah yang memenuhi ke 4 tubuh tak bernyawa itu masih segar tercium, "sepertinya baru hilang nyawa --terbunuh--sebelum aku temukan mereka." Dengung Denis.

Dia ingin melapor namun takut menjadi saksi l,  ketika nanti insiden itu bertandang ke telinga polisi. Ia terus berpikir keras untuk memecahkan masalah tersebut.

"Lapor gak ya!" Serunya dalam hati.

Dia duduk dalam semak belukar itu, memandangi keempat mayat tadi dengan tatapan nanar sembari akalnya terus bekerja, begitu ekstra cepat, Ia berpikir lalu dipilahnya satu dua ide dalam kepala bertudungnya untuk memutuskan mau diapakan keempat mayat itu. Namun jalan pikirnya alami kebuntuan. Dia pasrah dan mengalah untuk beritahu hal itu ke Lurah sekitar.

Karena tak ingin menanggung sendiri, Denis lari meninggalkan perkakasnya menuju rumah pak Lurah. Tak lama dia sampai di sana, menggedor pintu rumah Lurah beberapa kali. Dari dalam terdengar suara perempuan  menyahut.

"Siapa, Pagi-pagi begini sudah gedar gedor pintu orang?" Ucap bu lurah kesal akibat gedoran pintu oleh Denis.

"Saya, Denis, Bu Lurah" jawabnya.

Pintu rumah itu dibuka, didepannya, Denis sudah tak sabar kabari berita duka itu ke pak Lurah. 

"Di mana pak lurah bu?" Tanya Denis saat pintu terbuka dan dipandanginya ibu lurah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun