Mohon tunggu...
Tammy Siarif
Tammy Siarif Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan Pengamat Kesehatan

Saya adalah seorang dokter, dan Manager di Rumah Sakit Swasta di Bandung, juga sebagai dosen di Perguruan Tinggi Kota Bandung. dan sekaligus sebagai pemerhati kesehatan,

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ecophilosophy dengan Langkah-Langkah Kecil

27 April 2023   15:33 Diperbarui: 27 April 2023   15:34 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ahir -- ahir ini beredar berita tentang gelombang panas (heatwave) yang melanda beberapa negara di Asia Selatan, "untungnya", peningkatan suhu yang dirasakan di Indonesia saat ini, bukan gelombang panas, tetapi hanya peningkatan suhu biasa, yang merupakan suatu siklus yang biasa terjadi setiap tahun, ujar kepala BMKG (Siaran Pers BMKG tentang Perkembangan Gelombang Panas Asia 2023 tanggal 25 April 2023). Tetapi tidak tertutup kemungkinan suatu saat gelombang panas dapat terjadi di Indonesia. Bagaimana sampai terjadi gelombang panas, bisa diterangkan secara ilmiah, demikian pula faktor-faktor  penyebabnya.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa perkembangan peradaban, ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi, mempunyai andil terhadap munculnya gelombang panas dibelahan bumi saat ini, melalui kerusakan lingkungan, yang berdampak pada timbulnya cuaca ekstrim. Kerusakan lingkungan yang terjadi, "sulit" dihindari, karena mencegah terjadinya kerusakan lingkungan sama dengan menghindari perkembangan  teknologi, dan peradaban. Namun setidaknya kita bisa sedikit menghambat keparahan kerusakan lingkungan dengan langkah-langkah kecil yang bisa kita lakukan daripada tidak berbuat sama sekali.   

 

Ecophilosophy (Filsafat tentang Lingkungan Hidup) 

Menghambat kerusakan lingkungan bisa dilakukan dengan menyederhanakan pemahaman kerusakan lingkungan dengan pendekatan yang mudah dipahami melalui pemahaman Filsafat Lingkungan Hidup (Ecophilosophy) yaitu sebuah upaya atau pencarian untuk dapat memahami secara benar (kebenaran) tentang lingkungan hidup.

Secara etimologis Ecophilosophy terdiri dari dua kata dari bahasa Yunani yaitu:

  • Eco yang berasal dari kata oikos yang dipahami sebagai lingkungan hidup dan
  • Philosophy yang berhubungan dengan  filsafat

Pengertian lingkungan hidup sendiri, lahir dari sebuah pergumulan pemikiran yang panjang untuk menjawab sekaligus memahami secara lebih tepat apa sesungguhnya lingkungan hidup itu, hal ini lahir dari rasa heran dan penasaran tentang hal ihwal yang belum bisa dipahami apa itu lingkungan hidup (Keraf, 2014). Karena awalnya lingkungan hidup (alam) merupakan eksistensi yang menarik dan misterius, maka manusia terdorong untuk mencari tahu apa saja kebenaran tentangnya atau apa yang ada di baliknya. Dari kememperhatikan dan kemisteriusan itulah, memicu manusia untuk lebih mengenal alam atau lingkungan hidup.

Yang menarik adalah pemahaman kata oikos (artinya: habitat, tempat tinggal atau rumah) itu sendiri.  Oikos disini jangan dipahami hanya sekadar sebagai rumah tempat tinggal manusia dengan lingkungan sekitarnya, tetapi oikos sebagai keseluruhan alam semesta dan interaksi yang saling berpengaruh antara makhluk hidup dengan makhluk hidup lainnya dan dengan keseluruhan ekosistem atau habitat.

Lingkungan hidup harus dipahami sebagai kesatuan dari ekosistem dimana didalamnya ada hubungan yang saling mempengaruhi, seluruh dinamika dan perkembangan yang berlangsung di dalamnya. "Ekologi berurusan dengan hubungan di antara tumbuhan dan hewan dan lingkungan di mana mereka hidup." (Owen - 1980),

Ekophilosophy adalah filsafat tentang ekosistem, atau bumi tempat manusia tinggal dan atmosfer yang menaunginya untuk menunjang kehidupan.  

Dengan memahami filsafat lingkungan hidup, maka secara sederhana bisa dipahami bahwa kerusakan lingkungan hidup akan menimbulkan kerusakan pada tatanan kehidupan itu sendiri, karena kerusakan lingkungan hidup akan mengubah ekosistem bumi yang kita huni, dengan seluruh dinamika didalamnya yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan semua organisme yang ada didalamnya.

Perubahan tatanan kehidupan organisme, pastinya diikuti dengan upaya organisme itu sendiri untuk menyesuaikan diri (agar tetap bisa hidup), yang tentunya mempengaruhi organisme lainnya, termasuk ekosistemnya, seperti iklim, intensitas cahaya, beragam entitas anorganik dan abiotis seperti tanah, air, udara sebagai sumber kehidupan dan menunjang kehidupan.

Organisme disini bukan hanya manusia, hewan dan tumbuhan, tetapi juga bakteri, virus dan lainnya.  Tidak heran jika kerusakan lingkungan juga akan memunculkan pola penyakit baru, dengan karakteristik yang berbeda, yang mungkin tidak bisa ditanggulangi oleh obat-obat yang sekarang ada.

Dengan memahami ecophilosophy, diharapkan manusia akan berusaha menyelamatkan dirinya,  bukan hanya melalui pesan dangkal untuk menenangkan ego nya semata, sementara mengabaikan hal lainnya, tetapi dengan cara merekonstruksi bumi yang kita huni secara menyeluruh, agar bumi ini menjadi suatu ruang besar, tempat  segala organisme hidup untuk tumbuh  dan berkembang melalui interaksi yang sehat. Karena kebutuhan hidup manusia tidak bisa lepas dari alam sekitar, termasuk tumbuhan dan hewan.

Dengan memahami ecophilosophy, diharapkan timbul kepekaan ekologis, yaitu ajakan untuk mulai dengan proses bertanya dan bergumul terus-menerus tentang apa itu lingkungan hidup sekitar kita. Dari proses bertanya dan bergumul itulah, kita mulai menjawab (mencari jawab): langkah apa yang bisa dilakukan untuk merekronstruksikan bumi disekitar kita, agar kita bisa hidup dan berinteraksi dengan baik dan sehat dengan alam sekitar.

Langkah-langkah kecil yang dapat dilakukan.

Untuk menjawab pertanyaan kritis tersebut:  lakukan langkah-langkah kecil yang semudah dan sebisa dilakukan, semisal: bangkitkan kesadaran menanam pohon bagi diri sendiri yang ditularkan kepada orang disekitar, utamanya kepada generasi penerus yang akan mewarisi bumi ini, khususnya para siswa sekolah, Karena kenyataan membuktikan banyak sekolah yang tidak lagi punya lapangan/ lahan hijau, karena di paving block, padahal dari bangku sekolah itulah anak didik mulai diajari bagaimana pentingnya menjaga dan memelihara lingkungan hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun