Mohon tunggu...
Tamisya Wita Putri
Tamisya Wita Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang memiliki minat di bidang Graphic Design

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meningkatkan Pengelolaan Sampah Kampus Melalui Peran Mesin Pintar dalam Mengomunikasikan Solusi Pembuangan Plastik

13 Oktober 2025   01:32 Diperbarui: 13 Oktober 2025   01:30 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Analisis Kasus

Saat ini sangat disayangkan banyak kampanye kebersihan lingkungan di kampus yang hanya bersifat seremonial saja. Seperti poster, seminar, dan slogan "Go Green" mudah ditemukan, tetapi setelah acara itu, perilaku manusia kembali seperti biasa. Di sinilah masalahnya, bagaimana menjaga lingkungan akademik agar tetap bersih melalui komunikasi lingkungan, agar pesan tidak berhenti menempel di mading kampus saja, tetapi harus sampai benar-benar menghasilkan tindakan.

Kesadaran lingkungan tidak akan tumbuh jika hanya dengan menempelkan slogan atau menyebar ajakan di media sosial. Dibutuhkan strategi komunikasi yang efektif yang  lebih dari sekadar menyampaikan pesan, yaitu komunikasi yang mampu menggerakkan, dan menumbuhkan rasa tanggung jawab bersama. Selain itu, hal ini diakibatkan karena kurangnya regulasi dari kampus tentang kebersihan lingkungan, lemahnya kebijakan lingkungan di kampus dilihat dari banyaknya universitas yang belum memiliki sistem pengelolaan sampah yang jelas. Tempat sampah terpisah antara organik dan anorganik sering kali hanya sebagai formalitas semata.

Kesimpulan & Saran

Kampus perlu membangun sistem yang konsisten mulai dari kebijakan pengurangan plastik, fasilitas yang dapat mendaur ulang sampah, hingga penerapan konsep zero waste dalam setiap kegiatan akademik. Di beberapa negara, konsep ini sudah berjalan dengan baik. Universitas di Jepang, misalnya, menerapkan prinsip zero waste campus, di mana setiap mahasiswa wajib memilah sampah dan bertanggung jawab atas limbah yang dihasilkannya. Beberapa kampus di Eropa bahkan memberlakukan denda bagi penggunaan plastik sekali pakai dan mengganti seluruh bahan promosi dengan media digital. Pendekatan seperti ini tegas, tapi berhasil menumbuhkan budaya baru yang lebih bertanggung jawab.

Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah dengan membuat inovasi yang mudah dilakukan oleh mahasiswa. Misalnya, melalui mesin pintar yang dapat menukar sampah menjadi nilai tukar uang, atau sebuah alat yang memungkinkan setiap orang menukarkan botol plastik bekas menjadi uang atau saldo digital. Inovasi ini mungkin kedengarannya sulit diimplementasikan, namun cukup sederhana jika dilakukan secara berkala. Teknologi seperti ini tidak hanya membantu mengurangi tumpukan sampah plastik, karena diharapkan juga dapat menanamkan kebiasaan baru yaitu bahwa setiap tindakan kecil punya nilai dan dampak bagi bumi. Melalui pendekatan ini kita bisa menyatukan edukasi, teknologi, dan motivasi ekonomi dalam satu kesatuan yang relevan dengan gaya hidup generasi muda.

Krisis sampah plastik sejatinya bukan sekadar masalah lingkungan, tapi juga cermin dari krisis kesadaran manusia. Kita terlalu lama menganggap bumi akan selalu mampu menampung sisa-sisa kehidupan kita tanpa batas. Padahal, bumi sedang lelah, dan tanda-tandanya sudah jelas: sungai yang kotor, laut yang penuh plastik, udara yang tercemar. Jika generasi muda yang tumbuh di tengah dunia pendidikan tidak mulai bergerak sekarang, maka yang akan mereka warisi bukan lagi masa depan, melainkan masalah sampah plastik yang terus berkelanjutan..

Maka saran yang dapat diterapkan oleh setidaknya di beberapa universitas di Indonesia adalah: Kampus perlu merancang dan menerapkan program inovatif melalui teknologi yang lebih interaktif dan edukatif untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik. Diperlukan kolaborasi antara pihak kampus dan organisasi mahasiswa untuk menciptakan inisiatif yang mendorong partisipasi aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan kampus. 

Daftar Pustaka

Warlina, L. (2019). Pengelolaan sampah plastik untuk mitigasi bencana lingkungan. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 89-108.

Cox, R. (2013). Environmental Communication and the Public Sphere. Sage Publications.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun