Mohon tunggu...
Bakri Tambipessy
Bakri Tambipessy Mohon Tunggu... Penulis - Junior

Mari Budayakan Membaca Sampai Habis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

CEGAH KORUPSI DENGAN "GEMA AKSI"

9 Oktober 2017   13:22 Diperbarui: 19 Juni 2020   16:00 2026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok: Portal Indonesia News

Oleh; Bakri Tambipessy, Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Pattimura Ambon, Jurnalis Warga, Pegiat Sosial Media dan Pegiat Literasi Di Maluku.

-SELAYANG PANDANG-

   Korupsi di Indonesia sudah di pandang sebagai kejahatan luar biasa (exstra ordinary crime). Berdasarkan survey Badan Pengawas Korupsi Dunia, atau yang kita kenal dengan Transparanci Internasional (TI) yang saya kutip dari TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Transparency International (TI) merilis data indeks persepsi korupsi (Corruption Perception Index) untuk tahun 2017. Bahwa dalam laporan tersebut, ada 168 negara yang diamati lembaga tersebut dengan ketentuan semakin besar skor yang didapat, maka semakin bersih negara tersebut dari korupsi. Skor maksimal adalah 100. 

Negara-negara di peringkat teratas adalah Denmark, Finlandia, Swedia, Selandia Baru, Belanda, dan Norwegia. Sedangkan negara dengan peringkat terbawah adalah Sudan Selatan, Sudan, Afganistan, Korea Utara, dan Somalia,". Sementara Indonesia menempati peringkat ke 88 dengan skor CPI 36. Skor tersebut meningkat dua poin dari tahun 2016 yang berada di peringkat ke 107. Meskipun demikian Indonesia tercatat sebagai negara dengan tingkat korupsi dibawa rata-rata, namun tetap saja hal itu berpegaruh besar terhadap sektor pertumbuhan ekonomi Indonesia disebabkan karena minimnya anggaran yang disediakan oleh pemerintah untuk membangun bangsa ini ke arah yang berkemajuan.

-IMPLIKASI EFEK-

Berdasarkan Laporan Hasil Survei Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional, oleh Bank Indonesia pada tahun 2017, korupsi merupakan bagian dari tindakan penyalahgunaan kekuasaan, serta mengakibatkan makin besarnya utang suatu negara. Banyaknya kasus tindak pidana korupsi di Indonesia menyebabkan lemahnya pertumbuhan sektor ekonomi Indonesia yang kemudian berdampak pula pada semakin meningkatnya kemiskinan di Negara ini. Berdasarkan data BPS tentang angka kemiskinan per September 2017 mencapai 26,58 juta orang.

Banyaknya angka indeks kemiskinan yang terus menjadi-jadi itu juga adalah akibat dari penyalahgunaan kekuasaan serta kesewenang-wenangan dalam setiap tindakan para pemangku kebijakan. Presiden Joko Widodo juga pernah mengatakan untuk "perang melawan korupsi baik sekecil apapun itu tetaplah korupsi". Korupsi seperti telah menjadi way of life di Indonesia. Apalagi "virus korupsi" telah menggerogoti generasi muda Indonesia saat ini. Mulai dari pengurus ketua-ketua organisasi sekecil apapun sampai pada organisasi yang besar dengan memanfaatkan jabatan sebagai"kambing hitam" dalam melakukan tidak pidana korupsi. Sehingga yang ditakutkan adalah menularnya penyakit ini kepada generasi muda pewaris masa depan bangsa dan menjadi tradisi di Indonesia.

Citra buruk akibat korupsi dapat menimbulkan banyak kerugian bagi suatu negara. Kesan buruk itu juga dapat menyebabkan rasa rendah diri dan kehilangan kepercayaan dari pihak lain. Dalam posisi ini, tentu kita juga tidak bisa tinggal diam. Mestinya kita juga harus mencari solusi agar "virus korupsi" tidak sampai mewabah ke berbagai daerah, massa dan usia. Pemerintah Indonesia juga sejauh ini telah berusaha untuk memerangi korupsi dengan berbagai cara, namun tetap saja pelaku tindak pidana korupsi semakin menggerogoti. Bahkan KPK sebagai lembaga independen yang secara khusus menangani tindak piadana korupsi juga ikut kewalahan dan meminta bantuan dari lembaga-lembaga Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) serta seluruh elemen masyarakat untuk turut serta dalam mencegah dan membrantas korupsi sampai ke akar-akarnya.

-CARA MENCEGAH KORUPSI DENGAN "GEMA AKSI"- 

Gerkan Mahasiswa Anti Korupsi (GEMA AKSI) adalah sebuah gerakan mengkampanyekan pencegahan korupsi di seluruh kampus di Indonesia, yang diinisiasi oleh mahasiswa sebagai konseptor sekaligus merangkap eksekutor dan volunteer di kampusnya masing-masing. Melihat begitu banyaknya aksi-aksi "pungli" yang dilakukan oleh dosen dan pegawai di berbagai kampus seolah telah menjadi sebuah  "skandal" dan tradisi yang patut dihilangkan. Gema Aksi diharapkan dapat menjadi "media center" bagi mahasiswa di masing-masing kampus, dan dimotori oleh pengurus BEM sebagai konseptor dan selanjutnya di kampanyekan ke seluruh mahasiswa di kampusnya. Sehingga secara serempak mereka dapat mengkampanyekan ke media-media internal kampus, membuat petisi lalu di tanda tangani dan ditempelkan ke masing-masing mading UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) sebagai langkah menciptakan budaya anti korupsi di lingkungan civitas akademika dan menumbuhkan pengetahuan serta kesadaran mahasiswa maupun dosen, terhadap pentingnya mencegah maupun mengatasi masalah korupsi yang sering terjadi di Indonesia, khusunya di institusi pendidikan terutama di lingkungan kampus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun