Mohon tunggu...
Tamara Palupi
Tamara Palupi Mohon Tunggu... Wiraswasta - owner of God's given so called positive vibes

i'm all about social media, internet, passion, sharing, living a life, architect, interior, decoration, graphic, color, travelling and writing for sure.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Narendra Putra (1)

4 Agustus 2010   09:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:19 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Hey, Rendra…", kuhampiri sesosok seniman di meja dekat sisi jendela café itu.
Malam ini dia nampak rapi sekali. Rambut yang biasanya dibiarkan panjang terurai, terikat rapi dalam seutas pengikat.  Ah...tampan sekali dia.
"Sudah lama?", tambahku.
"Engga…baru sekitar 10 menit kok", jawabnya.  Eh...rasanya ia tampak lebih kurus dari yang terakhir kali aku ingat.
"Gimana Ren? Ada apa?", kubuka langsung dengan pertanyaan straight to the point
"Gapapa Nay…cuman pengen tahu kabarmu aja", Rendra tersenyum simpul.
"Oww…bgitu kah?", pertanyaanku berusaha mengejarnya.
"Ya…sebenernya cuman pengen ketemu kamu aja Nay, udah lama kita ga ketemu kan?"
Aku tersenyum-senyum saja, mendengarkan sambil sesekali mengangguk-angguk mengiyakan.
"Nay…minggu depan aku pindah. Berlin", Rendra menatapku serius.
"Oh wow, selamat.  That's good. Even great actually!", ucapku tak kalah serius dan senang.

Ada rasa bangga menyelimuti sukmaku.  Seniman muda Indonesia yang namanya mirip cinta pertamaku, yang dulu pernah kuwawancarai ketika belum terlalu terkenal, yang pernah kumata-matai selama beberapa lama, yang kutemukan kembali setelah sekian lama, yang kukagumi karya-karyanya, yang pernah berkata bahwa dia menginginkanku, sekarang ada di depanku dan mengatakan sesuatu yang berhubungan dengan "berpamitan" khusus padaku.
"Tapi bukan hanya itu maksudku Nay...", kalimat Rendra membawaku kembali ke dunia nyata.
"Hah? Jadi?", tanyaku tidak mengerti.
"Ikutlah bersamaku Nay...", pintanya serius sambil memegang tanganku yang tergeletak aman di meja.
"Wwwhat?", aku tersenyum tidak percaya sambil menggelengkan kepala dan merasa konyol.
"Gak mungkin Ren...", jawabku.

Oke…setelah "kutemukan" Rendra kembali setelah 4 tahun ketika itu, aku memang makin dekat dengannya.  Pesan singkat pertama yang kutujukan padanya ternyata cukup membuatnya mengingat pertemuan dan wawancara singkat kami dulu.  Lalu berlanjut kepada beberapa kali percakapan dunia maya yang membuat kami menemukan beberapa persamaan kecil.  Persamaan kecil yang cukup menyenangkan dan yang kecil itu kemudian menjadi istimewa.  Tapi...
"Aku ga bisa ninggalin Faiz, Ren…Aku sayang sama Faiz.  Dia butuh aku." paparku.
Rendra lama tidak menjawab. Mungkin dia bingung, mungkin dia gugup, atau mungkin juga alasan dalam dirinya tidak cukup kuat untuk memintaku seperti itu.  Entahlah…aku tidak tahu.
Yang jelas, hanya raut "self-defense"-nya yang kembali terlihat.  Dia melepaskan genggamannya dari tanganku.
"Aku tahu Ren…perasaanmu tidak cukup kuat untuk menahanku", kataku dalam hati.
Kami terpatung dalam diam cukup lama.  Beberapa menit tanpa kata itu terasa sangat lama.

Tahukah kamu Ren…satu tahun terakhir ini, semua lagu mengingatkanku padamu.  Hal pertama yang ingin ku ketahui begitu aku membuka mata adalah kabarmu, pembicaraan yang terjadi ketika kuciumi bibir kekasihku adalah pembicaraan tentangmu.  Dan…kau beberapa kali membuatku merasakan getaran kupu-kupu yang menggelitik di perutku, seperti yang komik-komik itu katakan tentang bagaimana rasanya jatuh cinta.
Tapi…aku butuh sesuatu yang lebih dari itu Ren.  Mungkin perjuanganmu, mungkin juga waktu.  Aku butuh waktu.  Waktu untuk mengenalmu.  Waktu untuk lebih memahami semuanya tentang kita.
Tapi sayangnya waktuku tidak banyak Ren.  Aku harus kembali pada orang yang telah banyak memperjuangkanku selama 4 tahun ini.  Orang yang telah benar-benar jatuh bangun untuk mendapatkan hatiku.  Orang yang rela beribu-ribu kali memintaku bertahan di sisinya.  Maaf Ren…dalam hal ini aku tidak bisa memihakmu.

As many times as I blink
I'll think of you tonight...
I'll think of you tonight...

When violet eyes get brighter
And heavy wings grow lighter
I'll taste the sky and feel alive again

And I'll forget the world that I knew
But I swear I won't forget you
Oh, if my voice could reach
Back through the past
I'd whisper in your ear

Oh darling, I wish you were here...

(Vanilla Twilight- Owl City)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun