Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Narendra Putra (1)

4 Agustus 2010   09:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:19 81 0
Cerita ini hanya fiksi

So…you have your own life, huh?
As for me, I don't think so.

"Aduh…ini lukisannya bagus-bagus banget sih", kataku gemas dalam hati.  Iya, aku menyukai lukisan-lukisan yang tidak terlalu nampak natural.  Aku lebih suka yang unik, mirip ilustrasi-ilustrasi yang mengedepankan beberapa tokoh berkarakter.
Aku mendapatkan satu bundel artwork ini dari sebuah event pameran lukisan yang akan diselenggarakan.  Pameran ini merupakan event tahunan ternama di Ibukota, karena mengangkat karya-karya seniman muda berbakat.  Dan biasanya sebagian besar nama mereka akan menjadi lebih ternama di kemudian hari.

Bukan, aku bukan salah satu peserta pameran lukisan itu melainkan ikut menjadi penyelenggara.  Tugasku memastikan acara berlangsung lancar selama beberapa hari sebagai salah satu pengurus materi pameran, baik itu materi lukisan yang akan dipajang maupun tulisan yang harus diterbitkan dalam sebuah buletin.  Jadi aku juga harus berhubungan langsung dengan artist-artist yang ikut pameran.
"Narendra Adhyaswara Putra" kutemukan satu nama itu dan aku tertegun beberapa saat.
Nama itu…nama yang mengingatkanku tentang sesuatu.  Sesuatu yang sangat mendalam dalam hatiku. Cinta pertamaku.

Narendra ternyata biasa dipanggil Rendra.  Dia merupakan salah satu artist yang harus kuwawancarai untuk dimasukkan artikelnya dalam buletin pameran.  Dan ngomong-ngomong tentang lukisannya, mungkin ada sedikit ciri khas yang mudah sekali dikenali diantara sekian puluh lukisan lain yang terpajang dalam galeri pameran.  Dia selalu menggoreskan obyek-obyek simetris.  Entah bagaimana dia merangkai, menambah ataupun membedakan warna obyek-obyek tersebut, tapi yang jelas selalu ada sesuatu pembeda simetris dalam kanvasnya.

Entah bagaimana pula, sesuatu tentang Rendra menggelitikku.  Entah karena karya-karyanya memang bagus atau "lucu" (aku sering menggunakan istilah itu dalam mengganti kata "menarik"), atau jangan-jangan…karena sebuah memori mendalam tadi.  Yeahhh, okeee…aku memang pernah punya kisah tak terlupakan dengan seseorang bernama Putra dan sedikit (atau mungkin banyak ya...) tergila-gila dengan apapun yang ada 'putra'-nya.  Jadi mungkin rasa menggelitik ini gara-gara nama Rendra mengandung "Putra".  Ahhh, tapi sudahlah…bukan itu yang ingin kuceritakan sekarang.

Singkat kata aku tertarik dengan segala sesuatu tentang Rendra, walaupun belum pernah ngobrol langsung, kecuali wawancara singkat waktu itu.  Dan ternyata rasa penasaranku itu menjadi-jadi.  Aku ingin tahu hampir segala sesuatu tentang dirinya.  Aku mencari tahu tentang website pribadinya, mencoba mengetahui tanggal lahir, apa saja yang disukainya, sudah punya pacar atau belum dan hal-hal lain lewat facebook.  Dan setelah tahu beberapa informasi itu, rasa penasaranku terjawab sudah. That's it.

Empat tahun kemudian
Ternyata kecintaanku pada lukisan tetap ada dalam urat nadi walaupun sekarang aku berstatus sebagai mahasiswi Teknik Elektro di sebuah perguruan tinggi ternama Ibukota.  Aku tetap mengikuti beberapa forum-forum yang membahas tentang karya-karya seni, khususnya lukisan. Aku menjalin hubungan dengan teman-teman baru dalam forum itu dan jumlah mereka terus bertambah hari demi hari sampai akhirnya. WAIT!!! Rendra?

Wow, aku menemukannya lagi.  Kali ini dalam sebuah contest yang lazim diselenggarakan oleh beberapa member forum itu, Rendra ikut mensponsorinya.  Bodohnya, aku baru sadar bahwa itu Rendra setelah diberi tahu temanku tentang nama aslinya.  Sebelumnya aku tidak tahu bahwa itu dia, padahal sudah beberapa kali mampir di "profile page"-nya dalam forum itu.  Iya, dia memakai nama samaran dan...style melukisnya berubah.

Kini Rendra lebih sering menggambarkan obyek-obyek cantik.  Obyek yang tercipta sangat rumit bagi orang awam yang tidak mengerti lukisan.  Dia bisa membuat obyek-obyeknya seolah "menyala" dengan shadowing yang…indah.  Aku tidak bisa menemukan kata-kata lain yang lebih tepat, karena aku juga tidak terlalu tahu tentang teknik menggoreskan cat di atas kanvas.  Dan satu hal…entah kemana perginya kesimetrisan yang dulu sangat membuat Rendra berbeda.

Tiga hari yang lalu
"Bisa kita ketemu malam ini?", kubaca tulisan di layar handphone kesayanganku.  Rendra, nama pengirimnya.  Ya…setelah lebih dari empat tahun, akhirnya aku bisa mengenal sosok Rendra dengan lebih dekat.  Bukan sekedar wawancara singkat malu-malu ataupun memata-matainya dari layar komputerku.  Aku benar-benar di dekatnya.  Mungkin dekat di hatinya juga, karena seminggu yang lalu dia berkata bahwa dia menginginkanku.  Aku tidak mengerti apa yang dia maksud.  Atau…mungkin aku yang tidak mau tahu tentang maksud Rendra sebenarnya.  Aku sudah bertunangan dengan Faiz.

"Hey, Rendra…", kuhampiri sesosok seniman di meja dekat sisi jendela café itu.
Malam ini dia nampak rapi sekali. Rambut yang biasanya dibiarkan panjang terurai, terikat rapi dalam seutas pengikat.  Ah...tampan sekali dia.
"Sudah lama?", tambahku.
"Engga…baru sekitar 10 menit kok", jawabnya.  Eh...rasanya ia tampak lebih kurus dari yang terakhir kali aku ingat.
"Gimana Ren? Ada apa?", kubuka langsung dengan pertanyaan straight to the point
"Gapapa Nay…cuman pengen tahu kabarmu aja", Rendra tersenyum simpul.
"Oww…bgitu kah?", pertanyaanku berusaha mengejarnya.
"Ya…sebenernya cuman pengen ketemu kamu aja Nay, udah lama kita ga ketemu kan?"
Aku tersenyum-senyum saja, mendengarkan sambil sesekali mengangguk-angguk mengiyakan.
"Nay…minggu depan aku pindah. Berlin", Rendra menatapku serius.
"Oh wow, selamat.  That's good. Even great actually!", ucapku tak kalah serius dan senang.

Ada rasa bangga menyelimuti sukmaku.  Seniman muda Indonesia yang namanya mirip cinta pertamaku, yang dulu pernah kuwawancarai ketika belum terlalu terkenal, yang pernah kumata-matai selama beberapa lama, yang kutemukan kembali setelah sekian lama, yang kukagumi karya-karyanya, yang pernah berkata bahwa dia menginginkanku, sekarang ada di depanku dan mengatakan sesuatu yang berhubungan dengan "berpamitan" khusus padaku.
"Tapi bukan hanya itu maksudku Nay...", kalimat Rendra membawaku kembali ke dunia nyata.
"Hah? Jadi?", tanyaku tidak mengerti.
"Ikutlah bersamaku Nay...", pintanya serius sambil memegang tanganku yang tergeletak aman di meja.
"Wwwhat?", aku tersenyum tidak percaya sambil menggelengkan kepala dan merasa konyol.
"Gak mungkin Ren...", jawabku.

Oke…setelah "kutemukan" Rendra kembali setelah 4 tahun ketika itu, aku memang makin dekat dengannya.  Pesan singkat pertama yang kutujukan padanya ternyata cukup membuatnya mengingat pertemuan dan wawancara singkat kami dulu.  Lalu berlanjut kepada beberapa kali percakapan dunia maya yang membuat kami menemukan beberapa persamaan kecil.  Persamaan kecil yang cukup menyenangkan dan yang kecil itu kemudian menjadi istimewa.  Tapi...
"Aku ga bisa ninggalin Faiz, Ren…Aku sayang sama Faiz.  Dia butuh aku." paparku.
Rendra lama tidak menjawab. Mungkin dia bingung, mungkin dia gugup, atau mungkin juga alasan dalam dirinya tidak cukup kuat untuk memintaku seperti itu.  Entahlah…aku tidak tahu.
Yang jelas, hanya raut "self-defense"-nya yang kembali terlihat.  Dia melepaskan genggamannya dari tanganku.
"Aku tahu Ren…perasaanmu tidak cukup kuat untuk menahanku", kataku dalam hati.
Kami terpatung dalam diam cukup lama.  Beberapa menit tanpa kata itu terasa sangat lama.

Tahukah kamu Ren…satu tahun terakhir ini, semua lagu mengingatkanku padamu.  Hal pertama yang ingin ku ketahui begitu aku membuka mata adalah kabarmu, pembicaraan yang terjadi ketika kuciumi bibir kekasihku adalah pembicaraan tentangmu.  Dan…kau beberapa kali membuatku merasakan getaran kupu-kupu yang menggelitik di perutku, seperti yang komik-komik itu katakan tentang bagaimana rasanya jatuh cinta.
Tapi…aku butuh sesuatu yang lebih dari itu Ren.  Mungkin perjuanganmu, mungkin juga waktu.  Aku butuh waktu.  Waktu untuk mengenalmu.  Waktu untuk lebih memahami semuanya tentang kita.
Tapi sayangnya waktuku tidak banyak Ren.  Aku harus kembali pada orang yang telah banyak memperjuangkanku selama 4 tahun ini.  Orang yang telah benar-benar jatuh bangun untuk mendapatkan hatiku.  Orang yang rela beribu-ribu kali memintaku bertahan di sisinya.  Maaf Ren…dalam hal ini aku tidak bisa memihakmu.

As many times as I blink
I'll think of you tonight...
I'll think of you tonight...

When violet eyes get brighter
And heavy wings grow lighter
I'll taste the sky and feel alive again

And I'll forget the world that I knew
But I swear I won't forget you
Oh, if my voice could reach
Back through the past
I'd whisper in your ear

Oh darling, I wish you were here...

(Vanilla Twilight- Owl City)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun