ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan terbaik untuk bayi, dan ASI sebaiknya diberikan secara eksklusif selama 6 bulan pertama kelahirannya. Tak hanya mengandung antibodi yang berfungsi untuk membantu melindungi bayi dari berbagai penyakit, ASI juga mengandung nutrisi terbaik yang dibutuhkan bayi untuk tumbuh kembang optimalnya, baik itu perkembangan otak maupun fisiknya. Untuk itu, bayi memiliki hak untuk mendapatkan ASI, sedangkan ibu memiliki kewajiban untuk memberikan ASI pada bayinya.
Sayangnya, kegiatan menyusui di tempat umum dianggap tabu oleh sebagian besar masyarakat, terutama jika tidak ditutupi dengan apron menyusui. Masyarakat beranggapan bahwa menyusui di tempat umum merupakan tindakan vulgar dan kurang sopan. Hal ini karena saat melakukan kegiatan menyusui, ibu harus memperlihatkan bagian payudara, yang merupakan salah satu identitas feminim dari seorang wanita. Payudara memang sering dianggap sebagai sesuatu yang erotis yang berhubungan dengan pornografi. Namun payudara saat ibu menyusui lebih erat kaitannya dengan kemurnian dan kepolosan yang tak ada hubungannya sama sekali dengan pornografi. Â
Dengan persepsi negatif tersebut, maka tak sedikit tatapan kurang menyenangkan diarahkan kepada ibu yang menyusui di ruang publik. Beberapa ibu ada yang akhirnya berhenti menyusui atau hanya menyusui bayinya sebentar saja, dan ada juga yang memilih menghindar dari tempat umum untuk bisa menyusui bayinya. Perasaan malu, tidak nyaman, khawatir dengan komentar negatif dari orang sekitarnya, takut berkonflik dengan orang asing, dan kurangnya penerimaan sosial, serta kurangnya fasilitas laktasi yang mendukung di ruang umum diduga menjadi penyebab mengapa banyak ibu yang enggan dan kurang percaya diri untuk menyusui bayinya di tempat umum.
Pekan ASI Sedunia: Ibu Menyusui Perlu Dukungan Lebih
Setiap tanggal 1 - 7 Agustus selalu diperingati sebagai Pekan ASI Sedunia. Tahun ini tema yang diangkat adalah "Utamakan Menyusui: Wujudkan Sistem Dukungan yang Berkelanjutan. Dukungan pada ibu menyusui dibutuhkan agar ibu dapat menyusui dengan tenang dan nyaman di manapun mereka berada, baik di rumah, di tempat kerja, maupun di tempat umum. Walaupun angka pemberian ASI eksklusif di Indonesia terus mengalami peningkatan, namun masih banyak bayi yang belum mendapatkan ASI. Salah satu penyebabnya adalah faktor stres pada ibu atau bayi, dan kurangnya dukungan terhadap ibu menyusui.
Health Collaborative Center (HCC) pun melakukan studi terkait hal ini, terutama mengenai persepsi negatif atau kontra terhadap ibu yang menyusui di tempat umum. Studi ini dilakukan mengingat masih minimnya dukungan terhadap ibu menyusui di Indonesia. Padahal dukungan menyusui sangat penting. Menurut penelitian, ibu menyusui yang diberi dukungan, walau dalam bentuk motivasi saja, bisa 2-3 kali lebih efektif tingkat keberhasilan menyusuinya. Dukungan juga dibutuhkan ibu menyusui dari suami dan inner circle nya, serta tempat kerjanya. Menurut Studi Basrowi (2018), dukungan fasilitas dan program laktasi di tempat kerja bahkan dapat 6 kali lebih efektif tingkat keberhasilan menyusuinya.
"Menurut kami menyusui itu adalah perilaku alami dan naluri manusia, sama seperti kita makan dan minum. Jika orang bisa makan dan minum di mana pun, maka ibu juga bisa menyusui di mana pun. Konsep inilah yang coba kita identifikasi melalui survei penelitian berbasis visual online," ujar Dr. Ray. Â
Hasil studi kemudian disampaikan oleh Pendiri sekaligus Peneliti Utama HCC, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH bersama Research Associate HCC, Bunga Pelangi, MKM pada hari Jumat, 8 Agustus 2025 di Restoran Beautika, Jakarta. Dari studi tersebut terjaring sebanyak 731 responden yang bersedia berpartisipasi melalui survei daring pada 4 - 5 Agustus 2025. Â Dengan menggunakan model eksperimen sosial berbasis visual online, responden diminta menanggapi berbagai skenario ibu menyusui di tempat umum, pabrik, perkantoran, taman, transportasi umum, tempat makan, dan kafe.
Dari studi tersebut ditetapkan 4 persepsi utama responden terkait ibu menyusui di tempat umum. 29,7% responden memandang ibu menyusui di tempat umum membuat tidak nyaman. 30% responden setuju bahwa melihat ibu menyusui di tempat umum membuat gelisah. 29% responden setuju bahwa ibu seharusnya menyusui hanya di tempat khusus saja. Dan 50% responden menyatakan tidak setuju jika ibu menyusui di mana saja tanpa menggunakan apron menyusui atau penutup. Hasil ini menunjukkan bahwa 1 dari 3 orang Indonesia memiliki persepsi kontra atau tidak nyaman yang sangat dominan ketika melihat ibu menyusui di tempat umum.
"Ibu reflek menyusui anaknya di tempat umum, yang merupakan kebutuhan, dan ini adalah perilaku yang alamiah yang patut kita dukung. Ini bukan sekedar soal kenyamanan visual saja, tapi soal hak dasar perempuan. Saat masyarakat masih menolak ibu menyusui di tempat umum, itu saja saja kita belum sepenuhnya mendukung ibu dan anak secara sosial," terang Dr. Ray.