Mohon tunggu...
Dewi Sulistiawaty
Dewi Sulistiawaty Mohon Tunggu... Content Creator

Make it simple!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

#KaburAjaDulu, Refleksi Sikap Pesimistis Generasi Muda Terhadap Kondisi Indonesia Saat Ini

24 Februari 2025   21:27 Diperbarui: 24 Februari 2025   22:13 1848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fenomena Kabur Aja Dulu yang lagi tren di Indonesia (Sumber foto:  Canva/ Yogendra Singh)

Tagar Kabur Aja Dulu saat ini sedang menjadi trending topic di berbagai platform media sosial. Topik ini menjadi bahan perbincangan netizen Indonesia, terutama para generasi muda, sebagai bentuk kekecewaan mereka terhadap kondisi sosial ekonomi Indonesia, serta beberapa kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak pada rakyat.

Beberapa ahli pun mulai mengemukakan pendapatnya terkait fenomena yang terjadi. Salah satunya adalah Sosiolog Oki Rahadianto Sutopo yang mengatakan bahwa tagar #KaburAjaDulu merupakan bentuk refleksivitas atas terjadinya kesenjangan global yang mulai dirasakan oleh generasi muda. Sementara itu berdasarkan penelitian yang dilakukan Health Collaborative Center (HCC), tagar #KaburAjaDulu merupakan refleksi sikap pesimistis generasi muda terhadap kondisi Indonesia saat ini.

Hal tersebut diungkapkan oleh Peneliti Utama sekaligus Ketua HCC, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada hari Senin, 24 Februari 2025. Dalam kesempatan tersebut Dr. Ray menyampaikan bahwa tren Kabur Aja Dulu itu termasuk dalam pola pikir overthinking yang sudah kronis, karena berpikir ingin melarikan diri dari fakta. Menurutnya hal ini tidak baik, apalagi saat pemikiran tersebut disampaikan di media sosial. Pada akhirnya pola pikir ini akan menular ke komunitas dan membuat orang lain memiliki pemikiran overthinking yang sama juga.

HCC sendiri telah melakukan penelitian terkait fenomena "overthinking" atau kekhawatiran berlebihan, yang dilatarbelakangi dengan melihat kondisi Indonesia saat ini, dimana semakin banyak respon komunitas yang menunjukkan tendensi "overthinking" yang diutarakan secara publik di media sosial. Salah satu contohnya adalah tagar Kabur Aja Dulu, yang saat ini sedang tren di masyarakat.

Berdasarkan berbagai studi terkait overthinking yang pernah dilakukan beberapa negara di Eropa, Skandinavia, dan Amerika, pola pikir overthinking ini memiliki dampak yang sangat besar, tak hanya terhadap individu itu sendiri, namun juga terhadap masyarakat sekitar. Dr. Ray menyebut bahwa overthinking merupakan pola pikir yang dapat menular ke banyak orang, terutama saat overthinking tersebut disampaikan melalui media sosial.

Dr. Ray menjelaskan bahwa pola pikir yang negatif terdiri dari ruminasi, yaitu pemikiran yang berulang tentang kejadian negatif yang terjadi di masa lalu tanpa ada solusi atau disebut juga traumatik masa lalu, serta overthinking (Repetitive Negative Thinking) yang merupakan pola pikir negatif yang terus berulang, yang dapat mencakup ruminasi dan kecemasan. Jika dibiarkan, maka dalam jangka panjang ruminasi dan overthinking dapat membahayakan kesehatan karena berpotensi menimbulkan rasa cemas, depresi, berpotensi apatis, tidak produktif, serta cenderung melarikan diri dari fakta.

"Seorang pekerja yang mengalami pemikiran overthinking, maka tingkat produktivitasnya jauh lebih rendah. Jika komunitas di suatu tempat kerja banyak yang overthinking, berarti tempat kerja itu tak akan baik. Banyak studi di luar negeri yang menemukan, jika overthinking tersebut sudah kronis, maka dia cenderung akan melarikan diri dari fakta. Dia tidak akan menerima fakta komunitas, fakta sosial, dan lain sebagainya," jelas Dr. Ray.

1 dari 2 Orang Indonesia Alami Overthinking

Penelitian terkait overthinking telah dilakukan HCC sejak bulan Januari hingga pertengahan Februari 2025 lalu, dengan menggunakan 3 instrumen. Data diperoleh dari 1.061 responden yang berasal dari 29 provinsi di Indonesia. Mayoritas responden adalah perempuan berusia muda, yang kebanyakan tinggal di daerah perkotaan, berstatus menikah, dengan tingkat pendidikan setara SMA, dan bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Dr. Ray paparkan hasil studi HCC terkait pemikiran overthinking yang dialami orang Indonesia (Sumber: tamankata)
Dr. Ray paparkan hasil studi HCC terkait pemikiran overthinking yang dialami orang Indonesia (Sumber: tamankata)

Dari penelitian tersebut ditemukan hasil bahwa overthinking terjadi pada 50% orang Indonesia, yang diwakili oleh responden penelitian. Ruminasi terjadi pada 30%, reflektif pada 19%, dan lebih dari 50% responden adalah overthinking. Dari hasil tersebut HCC pun menyimpulkan bahwa 1 dari 2 orang Indonesia mengalami overthinking atau pemikiran negatif dan kekhawatiran berlebih terhadap masa depan.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun