"Pasar tumpah" yang ada di sepanjang Jalan Ir. H. Juanda, arah Pasar Baru dan Terminal Bus Kota Bekasi. Beberapa kali ditertibkan oleh petugas Satpol
Mahasiswa KKN UNDIP rancang pasar tumpah di Desa Kadipaten untuk dorong ekonomi lokal warga
Racik saja kopimu, setiap putarannya sertakan aku.
Aku telah menjual ruhku dalam ruang pacu rindu dendam yang menderu-deru
Dalam hening malam, di bawah rembulan yang setia,Kita temukan damai, dalam doa-doa yang tertumpah dengan rela.
Seseorang yang menjalani kehidupan di dunia ini penuh sandiwara dan tipu tipu dunia tenggelam dalam uuntaian masalah. Terluka kembali oleh ulah baru.
Apakah kau masih menyimpan ceritaKau terpaku di sisi ruang waktu
Aku tak ingin menyimpan belati. Di balik senyummu aku tak ingin darahmu menghantui jiwaku
Badai dan ombak menggulung di ruang dadamu. Tumpah, meluber,
Sosok yang tidak lagi bisa didekap. Hangatnya hanya melekat dalam ingatan
Langit yang tumpah pada derasnya malam Kini berganti dengan sejuknya pagi yang mendamaikan
Eksistensi Pasar Tumpah
Engkau tetap saja menatap hujan yang tumpah dengan mata berwarna luka.
Puisi tentang pertemuan pasangan yang jarang berjauhan jaraknya, tetapi perjumpaan itu harus selesai karena disudahi tatapa, belokan dan malam.
sudah saatnya kita kembali menempatkan anak sebagai pusatnya agar "jarak" antara orang tua dan anak semakin dekat.
Hari ini, aku menatap langit, Lama, lama sekali, Seakan langit ingin kusumbat ke dalam bola mata
Melarikan diri dari sebuah kejaran amarah. Bersembunyi di balik rimbunnya dedaunan gundah
Sebuah puisi kehidupan yang menceritakan tentang penyesalan seseorang telah mengambil tindakan yang salah.
Ketika kesadaran kita sedang tidak bisa memenuhi apa yang harus dilakukan segera maka subconscious mengambil alih.