Demi pertemanan, Nara bersikap diam menerima segala sifat Jelita yang membuatnya muak. Namun, suatu hari Nara meluapkannya, satu kampus heboh olehnya.
Namaku Muak Tempat serapah menyampak Kami muak! Kami muak! Begitu teriak hinggap hingga telinga pekak
Alam semesta tempat manusia bersandar dalam hidup namun kebanyakan tingkah dan perilaku diatasnya disalahgunakan hingga membuat semesta muak
Para penempuh yang gugur dalam pusaran pembenaran, menutupi realitas dengan menghias-hias menjadi bias.
Jika bisa dibicarakan baik-baik, mengapa harus kabur?
Sakau ini adalah cerpen berkisah tentang seorang anak yang lepas kendali dan mencari pelepasan emosi. Broken home bukanlah akhir segalanya!
Bila cinta sudah dibuang, jangan harap keadilan akan datang
Kalau kau pernah kecewa karena suatu kebohongan, tak apa! Itu wajar, aku juga pernah.
Jangan salahkan aku jika aku menjadi pendiam karena Aku terlalu muak dengan sikap semua orang
Posesifmu terlalu berlebihan, sudah tak bisa digambarkan bahwa sikapmu itu karena sayang, dan sikapmu itu sungguh memuakkan.
Respek itu rasa hormat, enek itu muak, dan iri hati, dengki.
Puisi tentang kehidupan yang tidak selamanya mudah dihadapi.
Suara menggelegar. Bersaut-sautan dengan petir. Mengatasnamakan kebenaran. Yang hakiki tak tergoyahkan.
Seringkali pemandangan itu membuat saya muak. Antara melihat mereka hobi menjilat ludah sendiri, atau saya yang justru lengah kepada diri sendiri kare
Kita terjebak dalam tebaran kategoriTersusun oleh kumpulan muka tanpa rasaMereka hanya bisa bicara tanpa menimbangTanpa alasan yang jelas.Si dia baik,
Mencoba memilahAntara kebenaran dan kepalsuanDalam berbagai beritaDi media sosialMencoba memahamiAntara yang benarDan hasil editanDari sebuah peliputa
Muak kami dengan janji manis kalianKemakmuran, keadilan, kebahagiaanSelalu kalian dengungkan setiap kali tiba masa mengemis jabatanTingkah kalian mend
Entahlah Apa ini namanya Dagelan atau justru pertunjukkan yang menjijikkan Yang dulu kawan dan saling membela membabi buta -- kini saling menel