Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kehilangan Momentum

24 April 2019   01:03 Diperbarui: 24 April 2019   04:16 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Moment, kata yang diadopsi dari bahasa Inggris itu, selama ini sering kita sebut. Misalnya, ini momen yang tepat atau kita lihat atau tunggu saja momennya dan sebagainya. 

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata momen itu diartikan " waktu yang pendek atau saat". Sementara itu ada pula kata momentum, yang dalam KBBI diartikan atau diterjemahkan menjadi " saat yang tepat". 

Namun dalam penggunaan sehari-hari, banyak orang yang mengucapkan kalimat seperti kita tinggu momentum yang tepat. Jadi, kalau dilihat makna kata momentum tersebut sebenarnya sudah mengandung kata yang tepat di dalamnya. Namun, kerapkali kita tidak sadar dalam menggunakan kata-kata dalam berkomunikasi. 

Nah, dalam tulisan ini sebenarnya bukan ingin menjelaskan tentang arti kata atau tata penggunaan kata tersebut, tetapi ingin mengajak para pembaca untuk lebih jeli dan peka dengan momen atau momentum yang ada. Ya, momentum atau saat atau waktu yang tepat adalah saat atau momen yang kita nantikan. Setiap orang memiliki momentum dalam hidupnya.  

Setiap orang juga menunggu kapan saat -saat yang tepat untuk melakukan sesuatu yang menguntungkan dan membawa manfaat yang besar dan sebagainya. Misalnya momentum untuk berbicara dengan atasan, atau momentum untuk berbakti kepada orang tua, dan sebagainya. 

Menjaga momentum, agar kita tidak rugi atau tidak beruntung, kiranya wajib diupayakan. Seringkali, ketika kita tidak memanfaatkan momentum, sering pula kita merasa menyesal. karena tidak dapat memanfaatkan momentum tersebut. Karena pula, bila kita dapat memanfaatkan waktu atau momen yang tepat, di situlah kita dikatakan sebagai orang yang beruntung. 

Mungkin itulah sebabnya Allah mengingatkan umatnya untuk menjaga waktu. Kaum muslim dan muslimah yang taat dan alim, pasti sangat hafal dan faham dengan surah " Al 'Asr". Wal asri, demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihatinya supaya mentaati kebenaran. 

Dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. Begitulah kira-kira terjemahan yang bisa kita baca dalam Al-Quran.Yang jelas, ayat itu mengingatkan kita untuk selalu menjaga dan memanfaatkan momentum.

Sayangnya, pesan dari ayat ini, banyak yang tidak menghayati dan memahami secara sempurna. Wajarlah kalau kita masuk ke tengah masyarakat, kita pasti akan banyak yang kehilangan kesempatan. Biasanya, para penulis yang produktif, kreatif dan kritis, mereka menunggu-nunggu setiap momentum yang ada di setiap saat. 

Begitu pula halnya dengan penulis sendiri, suka melihat momentum untuk menulis tentang sebuah peristiwa penting, momen-momen bersejarah dan sebagainya. Paling kurang, di bulan April ini, bagi penulis ada tiga momentum yang hilang atau  terlewatkan. 

Pertama pada tanggal 21 April 2019. Para pembaca pasti sudah sangat hafal dan ingat dengan tanggal tersebut. Tanggal kelahiran seorang tokoh perempuan yang dikenal sebagai tokoh emansipasi perempuan,yakni RA. Kartini. 

Setiap tahun hadir momentum peringatan hari Kartini. Sayangnya, dalam rangka memperingati hari Kartini, tidak ada satu tulisan pun, baik opini maupun yang sempat penulis rangkai. 

Padahal tahun sebelumnya, ada menulis opini dan juga puisi. Jadi, penulis termasuk orang yang tidak beruntung, karena tidak memanfaatkan momentum tanggal 21 April tersebut untuk menulis tentang isu-isu perempuan, sebagaimana lazimnya aku menulis untuk majalah POTRET dan juga di Kompasiana. 

Momentum penting yang juga terlewati dan tidak dapat dimanfaatkan dengan baik adalah sesungguhnya tanggal 21 April 2019 ini, bagi penulis dan isteri merupakan tanggal yang bersejarah bagi perjalanan hidup, perjalanan kehidupan berkeluarga. 

Ya, pada tanggal 21 April 2008 lalu, penulis melakukan akad nikah,untuk membina dan mengelola hidup berkeluarga. Biasanya, setiap tahun, penulis menggubah puisi atau juga tulisan mengenai perempuan. 

Namun, penulis akhirnya kehilangan momentum. Ya, sudahlah. Penulis harus menanti momentum lain. Selayaknya meminta maaf pada isteri, karena tidak melakukan selebrasi maupun menukilkan catatan-catatan kecil akan indahnya hidup bersama yang sudah dilewati dan juga ke depan. Tapi, ya sudah. 

Cara lain memang harus dicari. Tentu saja dengan menunggu momentum lain. Ternyata, momentum lain juga ada dengan waktu yang relative sangat dekat. Tanggal 22 April 2019 ini, merupakan momentum yang juga sangat penting. 

Pada tanggal 22 April diperingati sebagai hari Bumi. Penulis sebenarnya ingin menulis sebuah artikel mengenai hari bumi. Namun, sekali lagi, penulis kehilangan momentum. 

Ketika kehilangan momentum, maka peluang terhadap sesuatu tersebut belum tentu dapat disikapi dan ditulis, walau sesungguhnya, bahan atau masalah lingkungan, masalah anak dan lingkungan, begitu banyak yang bisa ditulis dan dipublikasikan. Semoga ke depan penulis tidak lagi kehilangan momentum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun