Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Money

Bangsaku Terpasu di Kolam Susu

13 April 2018   23:48 Diperbarui: 14 April 2018   08:22 1546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang bilang tanah kita tanah surga

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman

Anak-anak zaman now tidak mengenal lirik lagu di atas, apalagi untuk mendendangkannya, mereka pasti kebingungan. Bisa jadi, anak-anak zaman now tidak memahami makna dari lirik lagu tersebut, karena mungkin suasana zaman now dengan zaman old sudah jauh berbeda.

Namun, masyarakat atau orang yang tergolong dalam generasi baby booming, ya sebut saja generasi old, lirik lagu gubahan dan dilantunkan oleh Koes Plus itu, sangat melekat dalam ingatan generasi non milenial itu. Bahkan sampai saat ini, lirik lagu itu masih melekat di bibir yang kadangkala didendangkan.

Nah, bagi generasi zaman old, lirik lagu tersebut sekali gus menjadi hal yang membanggakan menjadi bangsa Indonesia. Mengapa bangga? Jawabnya sangat sederhana dan sangat sering diucapkan, bahwa Indonesia adalah negeri yang kaya, negeri yang gema ripah loh jinawi, karena alamnya yang luas dan kaya raya itu.

Sehingga tidak heran bila Koesplus mendeskripsikan potret Indonesia dalam lagu atau tembang lawas " Kolam Susu" itu. Salahkah Koesplus menggubah lagu yang memuji negeri Indonesia tercinta ini? Tentu sangat jauh dari kesalahan. Sangat tidak adil kita menyalahkan Koes Plus, bukan?

Ya, begitulah. Koesplus benar. Mereka menggubah lagu itu sudah puluhan tahun lalu, ketika usia kemerdekaan bangsa kita, Indonesia masih belum mendekati angka 100. Jadi, wajah Indonesia yang indah, yang ditumbuhi hutan-hutan lebat, sawah yang terbentang luas, ladang-ladang subur, yang tidak membutuhkan pupuk kimia, baik pupuk NPK atau Urea, sekali pun Ncl. Tanah-tanah kita dahulu subur hanya dengan pupuk alam, pupuk organic yang murah dan bisa didapat dengan mudah. Tentu saja itu dulu.

Ya, dahulu. Memang cerita dahulu. Coba lihat sajalah, dahulu penduduk Indonesia masih belum seperti sekarang jumlahnya. Kalau saat itu jumlah penduduk Indonesia bisa jadi baru mencapai angka 100 jutaan, sementara sekarang menurut data BPS, jumlah penduduk Indonesia sudah per 30 Juni 2016 sebanyak 257.912.349 jiwa. Jumlah yang sangat besar bukan? Tentu saja besar. 

Alasannya, karena Indonesia dalam hal jumlah penduduk berada pada posisi ke 4 dunia, setelah Cina, India, dan Amerika. Dengan semakin besarnya jumlah penduduk tersebut, maka perebutan akan sumber daya alam pun semakin sengit. Apalagi semakin banyak orang yang loba, serakah alias rakus.

Mereka menguasai sumber daya strategis untuk membangun kekeyaan diri. Oleh sebab itu, tanah yang luas, laut yang bebas, Indonesia yang berjumlah lebih dari 13000 pulau besar dan kecil itu, tidak menjadi kekuatan yang membuat bangsa ini menjadi bangsa mandiri, tetapi bangsa pecundang. Yang kaya, makin kaya dan yang miskin, semakin miskin bahkan menemui ajalnya.

Semua sudah berubah, termasuk jumlah pulai yang kita klaim lebih dari 13.000 pulau itu. Masihkan 13.000 pulau? Hmm, kita tidak tahu persis.  Namun, jumlah itu pasti berkurang sejalan dengan adanya pulau yang hilang dan tenggelam atau mungkin juga tergadaikan.  Negara kita setiap tahun terus menumpuk hutang yang katanya untuk membangun negeri dengan berbagai infrastruktur. Walau tidak sedikit pula tertarik menjadi kekayaan para pencuri uang negara yang sering kota sebut dengan koruptor tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun