Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bencana Yang Tak Terlupakan

13 Oktober 2017   20:13 Diperbarui: 14 Oktober 2017   17:38 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doc. Pribadi. Bukti sejarah sebuah heli hancur dihempas tsunami Aceh

Oleh : Tabrani Yunis

Sudah lama ingin kuceritakan tentang kisah ini, namun masih belum mampu untuk kutuangkan. Malam ini aku merasa ini adalah poengalaman yang penting dan aku merasa perlu menulisnya. Aku paling tidak bisa berbagi pengalaman yang kudapat ketika bencana itu pernah menghantam daerahku dan membawa semua yang pernah ada dalam hidupku. Semoga ada manfaat dan pelajaran yang bisa diambil sebagai hikmah. Aku pun belajar mengambil hikmah dari balik bencana tsunami Aceh itu.Aku perlu catatan,agar aku juga tidak lupa bahwa dulu pernah ada bencana yang sangat dahsyat itu.

Pagi itu, Minggu 26 Desember 2004, pada jam 07.00 aku sudah selesai mandi. Lalu mengenakan pakaian kesukaanku t.shirt dan jeans hitam dengan sepatu hitam yang kubeli setahun lalu di Medan. Seusai berpakaian sedikit rapi, tiba-tiba aku teringat akan pesan temanku untuk membawa STNK mobil yang dibeli dari tetanggaku yang tinggal persis di depan rumahku.

Aku tidak langsung menuju ke rumah tetanggu. Tapi aku pagi itu menghidupkan tape recorder merek Sony yang kubeli dari sahabat karibku Taufan. Tape itu menjadi kebanggaanku, karena tape itu kubeli sebelum aku menikah. Ya, kala aku masih duduk di semester 6 di Fakultas Keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Syiah Kuala. Pagi itu, aku menghidupkan radio yang sedang memutar lagu-lagu barat kesayanganku. Tidak seperti biasanya, pagi itu suara tapeku sangat keras, hingga menggetarkan telinga tetanggaku. Aku betul-betul menikmatinya.

Sambil mendengar hentakan lagu-lagu barat tersebut, aku melangkah ke luar pintu dan menoleh ke rumah tetanggaku yang seharian bekerja sebagai dosen di FKIP Unsyiah. Aku teringat untuk mengambil STNK mobil teman ku. Tanpa menunda-nunda, selagi teringat, aku berjalan menuju rumah tentangga. Kebetulan saat itu ia ada di kamar. Aku mengucapkan salam. Dan pak Nasir keluar sambil menjawab salam ku. Ia mempersilakan aku masuk. Dan akupun melangkah masuk sambil bertanya di mana STNK. Pak Nasir pun mengambil STNK dan memberikan padaku.

Betapa kagetnya aku, tatkala aku berada di depan pintu rumahnya pak Nasir, aku merasa ada guncangan yang sangat dahsyat. Dari mulut ku langsung terucap, Lailahailallah, Lailahailallah. Mulutlku terus mengucapkan nama Allah. Semua orang yang berhamburan ke luar rumah dalam ketakutan sembari menyebut nama Allah. Aku melihat isteri ku lari keluar rumah. Ia bertanya dimana anak-anak ku Albar dan Amalina. Aku tidak tahu dimana mereka. Aku berjalan merangkak menuju arah belakang rumah untuk mencari anak-anak ku. Aku benar-benar tidak bisa berdiri, karena guncangannya sangat kuat. 

Aku terduduk sambil tengkurap di tengah jalan. Dari situ aku mencoba melihat-lihat di mana anak-anakku. Mereka tidak ada. Aku hanya melihat keluarga pak Anis, sedang duduk tengkurap di jalan. Aku melihat pagar rumah pak Anis hampir jatuh. Beberapa menit kemudian, gempa pun berhenti. Aku kembali ke rumah mencari anak-anak ku. Tiba-tiba mereka pulang. Rupanya, mereka ketika gempa sedang berada di dekat sekolah TK tempat anak ku yang kecil, Amalina bersekolah. 

Tanpa ada rasa takut sedikit pun anak ku Amalina berkata " Yah, tadi adek lihat air dekat TK, berombak keras sekali". Aku kemudian melihat anak laki-lakiku Albar juga datang mencetitakan seperti adiknya. Aku coba memarahinya sedikit. Tapi Pak Nasir melarangku. Katanya, pak, jangan dimarahi dia. Mungkin dia juga terkejut. Akupun mengajak isteriku masuk ke rumah.

Tatkala aku dan isteriku masuk ke rumah, aku melihat dispenser yang kami letakan di ruang makan, terjatuh. Lantai basah. Aku bertanya dari mana datangnya air. Rupanya, tidak kusangka air itu tumpah dari gallon aqua yang jatuh dari dispenser. Tanpa menunggu lama, aku mengambil kain dan sapu untuk mengeringkan lantai yang basah. Tak lama kemudian, tatkala aku dan isteriku mengeringkan lantai, mobil angkutan Mithsubishi L-300 datang menjemputku. Tepat di depan gerbang masuk ke rumahku, mobil itu berdiri. Aku melihat seorang bocah kecil berkulit putih yang ku kenal namanya Ikul, turun dari mobil. Ia datang bersama pamannya yang menyopiri mobil itu untuk menunjukkan rumah ku.

Mobil L-300 warna biru muda itu berdiri tepat di depan pintu gerbang rumahku. Sementara aku dan isteriku, Salminar sedang di ruang makan, mengeringkan lantai setelah gallon air dari dispenser tumpah. Aku membantu isteriku. Namun, karena mobil L-300 sudah datang menjemputku, aku harus pergi, tanpa teringat apa yang akan terjadi bila aku berangkat. Saat itu aku bersalaman dengan isteri dan kucium isteriku sebagai ungkapan perpisahan. 

Lalu, di pintu gerbang, anakku Albar Maulana Yunisa dan Amalina Khairunisa datang menghampiri. Aku dengar dari mulut mereka, ayah pulang kampong. Mereka pun aku cium dan kusalami. Aku pun berangkat. Namun, tep[at sebelah rumah, anakku Amalina berdiri di pinggir jalan. Sebuah kata yang selalu terngiang di telingaku hingga saat ini adalah pertanyaan anakku Amalina. Ia bertanya dengan kocaknya, " Ayah kapan pulang?".  Dari dalam mobil L-300, aku menjawab, besok nak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun