Mohon tunggu...
Syta Dwy Riskhi
Syta Dwy Riskhi Mohon Tunggu... Administrasi - Move

Simpel dan santai

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rintik Imajinasi

19 Desember 2020   12:20 Diperbarui: 19 Desember 2020   12:28 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinterest/Amira yasmeen 

Siang itu hujan rintik-rintik, Syta menoleh ke arah sebrang jalan, pandangannya tertuju pada tempat ngopi yang tak terlalu ramai. Tempatnya tidak terlalu kecil, tidak juga terlalu besar, hampir seluruh pintu dan dindingnya dari kaca, sehingga terlihat jelas suasana di dalam kedai. Syta memutuskan untuk mampir, meski ia tak hobi minum kopi, ia sudah membayangkan menu lain untuk dinikmati bersama rintik hujan.

Syta tak ingin langsung kembali ke kosnya setelah pergi belanja beberapa kebutuhannya. Memang ia berencana jalan-jalan, namun cuaca tidak mendukungnya untuk berada di luar ruangan. Alih-alih memesan kopi, Syta memilih untuk memesan es susu coklat berteman roti bakar rasa coklat pula. Syta menyalakan ponselnya, tak ada satu notifpun yang masuk. Ia menarik bibirnya melengkungkan senyuman singkat, Syta suka duduk di kursi dekat dinding kaca itu, dengan meja bundar yang tak terlalu lebar, dan hanya tersisa satu kursi kosong didepannya.

Menu pesanannya datang, pas sekali Syta belum mengisi perutnya sedari pagi. Sepiring kecil roti bakar rasa coklat mulai menjelajah lidah, perut yang keroncongan sudah mulai tenang. Nampaknya ia sengaja meminum es susu coklat dengan sruputan penuh gairah. Pikirnya minuman dingin nan manis itu mampu memperbaiki suasana hatinya yang tengah kacau. Lamunannya terhenti, seseorang menghampiri mejanya, laki-laki tinggi, berambut gondrong, namun penampilannya rapi, rambutnya diikat ke belakang, bahunya kekar dan tegap. Ditangannya ia membawa mangkuk berisi bubur yang masih panas, nampak dari asapnya yang mengepul.

Syta beradu pandang dengannya, tak tahan ia mengerutkan dahinya, penasaran apa maksud si lelaki itu. "mbak datang sendiri?" tanya lelaki itu dengan suara tebal. Syta mengangguk perlahan. Si lelaki menyodorkan mangkuk ditangannya ke arah Syta dan duduk didepannya. "Ini menu spesial hari ini, karena cuaca dingin dan hujan, kami menyediakan menu bubur panas yang semoga cocok dinikmati saat cuaca begini. Ini untuk mbaknya, kami beri gratis. Semoga mbaknya suka". Lelaki itu tersenyum menatap Syta. Ia tidak beranjak pergi setelah memberikan bubur dan menjelaskan alasan datangnya menu bubur itu.

Syta menggeser mangkuk bubur agar lebih dekat lagi dengannya. Syta tersenyum dan mengucapkan terimakasih. Meski Syta ragu, ia mulai menyendok bubur yang asapnya masih mengepul dan mencicipinya. "Hmm.. Enak, apakah ada kerupuk?" syta bertanya dengan tatapan serius. Lelaki itu kikuk hingga mengalihkan pandangannya kearah mangkuk bubur. "Eehh... Cuma bercanda kok, hehe". Syta mencoba mencairkan suasana dan keduanya tertawa lirih.

Si lelaki memperkenalkan dirinya, ia merupakan pemilik kedai, kedai yang sudah dirintisnya sejak setahun lalu, saat usianya masih 25 tahun. Syta kagum dan dengan seksama mendengarkan cerita si pemilik kedai. "Maaf sebelumnya, apakah aku mengganggu? Tadi kulihat kamu masuk sendiri, duduk disini, kukira sedang menunggu seseorang". Ucap si lelaki dengan santai. Syta tersenyum dan hanya menggeleng kepala. Suara riuh terdengar dari meja belakang, penasaran apa yang terjadi, Syta menoleh, na'as seorang pelayan tersandung bersamaan dengan kaki Syta yang bergeser keluar meja.

"Pyurrrr.... Aahhh maaf, mbak maaf". Pelayan panik seraya membersihkan kaki Syta yang terkena tumpahan kopi panas. Syta kaget, dan sontak berdiri, ia menarik roknya yang basah dan terasa panas di kakinya. Raut wajahnya kesal atas kejadian itu, meski pelayan berulangkali meminta maaf, Syta belum menggubrisnya. Ia malah terdiam menatap ke arah mejanya. Segelas es susu coklat bersanding dengan sepiring kecil roti bakar sudah habis. Disebelah piring kecil, Syta menatap buku novel yang terbuka tepat di halaman 279 bab limabelas, tak lama lagi bacaannya selesai. Sekilas ia membaca paragraf terakhir, baris akhir "Apakah aku mengganggumu? Tadi kulihat kau masuk dan duduk sendiri. Kukira sedang menunggu seseorang". Ia hanya tersenyum dan menggelengkan kepala.

____
Batang, 19 Desember 2020
Syta dwy riskhi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun