Mohon tunggu...
Syta Dwy Riskhi
Syta Dwy Riskhi Mohon Tunggu... Administrasi - Move

Simpel dan santai

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kemana Laki-laki Itu Pergi?

15 November 2017   21:42 Diperbarui: 15 November 2017   22:14 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup ini ku pertaruhkan untuk anak kesayangan, berharap ia tumbuh menjadi laki-laki sukses yang penuh tanggungjawab. Tiada mengapa aku hidup bagai budak, tiada mengapa aku hidup dengan menelan kepahitan, kelak kerja kerasku ini akan membuahkan hasil.

Kemana perginya laki-laki itu..? laki-laki yang mengucap janji setia padaku, kemana laki-laki itu pergi..? malam ini aku tak bisa membendung air mata. Sambil menepuk-nepuk laki-laki kecil ini, aku menanyakan kemana perginya laki-laki yang berjanji hidup bersamaku.

Matahari terbit dari ufuk timur, pekerjaan rumah ku selesaikan sebelum berangkat ke pasar. Terdengar pintu di ketuk, aku menghentikan pekerjaanku, berlari dengan penuh tanya, apakah itu dia ..?!

Sosok laki-laki berdiri di depan pintuk menatap penuh penyesalan padaku. Tangan nya mengulurkan sebuah amplop, ku raih amplop itu, tanpa sepatah katapun ia pergi dari hadapanku.

Masih pada posisiku berdiri, aku buka amplop yang isinya lembaran kertas putih, membaca judul suratnya saja sudah membuat kakiku mati rasa, SURAT KEMATIAN, duniaku seketika gelap, aku tak bisa mendengar apapun.

Mataku terbuka, jantungku terasa berhenti berdetak, sekujur tubuhku tak mau bergerak, suaraku lirih merintih mencari anakku, tetangga menawarkan diri merawatku, aku merasa baik-baik saja, aku tidak mau terpuruk dalam waktu lama.


Laki-laki itu benar-benar pergi,, kemana perginya bahkan ia tak mengatakan itu, laki-laki yang tersesat benar-benar tersesat, aku bahkan tak bisa menyusulnya, aku harus hidup demi anak, aku harus hidup untuk anak.

Bekerja sana-sini sampai aku menua, aku tidak berencana mati sebelum anak ku mapan, mampu mengurus dirinya dengan layak dan berkeluarga untuk hidup bahagia.

Kemana perginya..laki-laki yang tersesat ? kini anak kita sudah dewasa, mampu menghasilkan uang dan di kagumi orang sebagai prajurit negara. Kemana laki-laki itu pergi..? tak maukah ia melihat anaknya yang rupawan dan penuh tanggungjawab ?.

Kini tubuhku penuh dengan luka, apakah engkau masih mencintaiku seandainya kita bertemu lagi ? hai.. laki-laki yang telah pergi, mengapa tak datang menyapa, ? sulitkah untuk hadir dalam mimpi anakmu ?

Laki-laki yang telah dahulu pergi, sesekali datanglah ke dalam mimpinya, seperti janjiku padanya, aku akan terus hadir dalam malam-malam indahnya, menyapanya dan melihatnya apakah ia baik-baik saja. Aku pasti akan menepati janjiku, karena akupun selalu ingin melihatnya, meski aku sudah tiada.

#Yogyakarta_15/11/2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun