Mohon tunggu...
Syifa Hayati Islami
Syifa Hayati Islami Mohon Tunggu... Sekretaris Prodi KPI - Institut Agama Islam Sukabumi

Menulislah maka kau hidup selamanya~

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Viralitas Kontroversi Humor Dakwah Gus Miftah

6 Desember 2024   15:38 Diperbarui: 6 Desember 2024   15:50 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Video Dakwah Gus Miftah (Sumber: Akun Youtube Mas Fadhil Channel)

"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) fasik setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim." (Q.S. Al-Hujurat : 11)

Menarik kesimpulan dari beberapa keterangan secara komprehensif  bahwa viralitas humor dakwah Gus Miftah ini membuat kontroversi sehingga menimbulkan kegaduhan yang amat ramai di media sosial. Ayat ini menjadi landasan utama bahwa humor atau tindakan yang merendahkan orang lain adalah dilarang dalam Islam.

Lebih lanjut, penulis menyoroti Gus Miftah dalam metode, prinsip dan humor dakwahnya. Pertama, metode dakwah yang digunakan Gus Miftah adalah metode mau'idzah hasanah, karena dalam versi full videonya dalam akun youtube Mas Fadhil Channel pada menit 13:45 Gus Miftah menyampaikan  materi dakwahnya yang merujuk dari ungkapan hikmah yang isinya: 

"Ada empat hal yang pengen saya sampaikan pada malam ini. Yang pertama La Tatlub Aliman Ya'malu Bi 'Ilmi Fatabqo Jahilan (Jangan mencari guru yang harus sesuai antara perakataan dan perbuatannya maka kamu akan menjadi orang bodo selama-lamanya". Kedua, La Tatlub Shodiqan Bila Aibin Fatabqo Wahidan (Jangan mencari teman yang tidak punya aib/kekurangan maka kamu akan sendiri selamanya). Ketiga, Al-Ilmu La Yudriku Bi La Ta'alum wal Barakatu La Tudriku Ila Bi Khidmah (Ilmu itu ditemukan ketika belajar, sedangkan barakah ditemukan saat berkhidmah). Keempat, kurang lebih jangan baperan.

Dilihat dari narasi di atas, dalam segi prinsip komunikasi yang digunakan Gus Miftah merujuk pada ungkapan qaulan sadida menurut bahasa berarti perkataan yang benar. Jadi materi dan perkataan Gus Miftah benar adanya berupa mau'idzah atau pengajaran kepada jama'ah. Adapun yang menjadi kontroversi pada posisi nyeleneh itu dalam gaya humornya. Humor merupakan warna dalam keberlangsungan hidup begitu pun saat berdakwah akan tetapi ada batasan-batasan humor yang harus dijaga dari sensivitas sosial.

Merujuk pada teori humor menurut  Rahmanadjie, humor yang dilontarkan Gus Miftah merupakan teori dari superioritas yang berarti meremehkan,  yang menertawakan berada pada posisi super (Gus Miftah); sedangkan objek yang ditertawakan berada pada posisi degradasi (diremehkan atau dihina yaitu pedagang es). Publik menilai bahwa pedagang tersebut dijadikan subjek humor yang merugikan, terutama karena posisi status sosialnya yang jauh berbeda dengan Gus Miftah. Hal ini tentu bertentangan dengan syari'at Islam karena menyinggung dan menyakiti perasaan pedagang es teh. Pada intinya, ketika sedang berdakwah seseorang boleh mengeluarkan citra humornya namun humor tidak harus mengolok-olok orang lain seperti yang dilakukan oleh Gus Miftah terhadap pedagang es teh karena hal itu tidak sesuai dengan syari'at Islam sehingga menimbulkan kontroversi dan kegaduhan publik, melanggar prinsip dakwah, serta mengurangi kredibilitas pendakwah. Maka sebaik-baik humor adalah humor yang tetap pada batasan-batasan tertentu dan berada pada kriterium humor yang etis yaitu mempunyai nilai rekreatif, aplikatif, inovatif dan proporsional.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun