Akhir-akhir ini jagat maia diramaikan dengan kontroversi humor seorang pendakwah yaitu Miftah Maulana Habiburrahman (Gus Miftah) terhadap pedagang es teh yang bernama Sonhaji. Viralitas ini terjadi diiringi kekompakan netizen yang membagikan template poster meme pedagang es teh.
Berikut potongan video dan cuplikan teks yang viral:
"Es tehmu jik okeh ra? Masih, yo kono didol *** (Es teh kamu masih banyak atau tidak? Masih, ya sana dijual. Selanjutnya disensor)," ucap Gus Miftah dari atas panggung seperti yang terlihat dalam video viral. Sontak para jemaah tertawa.
"Dol'en ndisik ngko lak rung payu, wis, takdir (kamu jual dulu, nanti kalau belum laku, ya sudah, takdir)," lanjut Gus Miftah. Saat itu kamera menyorot ke sosok penjual es teh, pria yang menjunjung kayu alas dagangannya di atas kepala sembari senyum tipis penuh kecewa.
Dari cuplikan dialog Gus Miftah dan pedagang es teh tersebut akhirnya memancing emosional ratusan ribu netizen untuk menanggapi etika seorang juru dakwah yang dianggap tidak sesuai dengan metode, prinsip, bahkan humor dakwah yang sesuai dengan al-Qur'an dan As-Sunnah.
Islam merupakan agama dakwah, sejatinya berdakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah tanpa perlu ada status atau profesi khusus. Ada tiga metode dakwah yang disebutkan dalam al-Qur'an Surat An-Nahl ayat 125 Allah berfirman:
"Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk." (Q.S. An-Nahl : 125)
 Para mufasir berbeda pendapat seputar asbab al-nuzul (latar belakang turunnya) ayat ini. Al-Wahidi dalam Al Wajid fi Tafsir Kitab Al Ajizi menerangkan bahwa ayat ini turun setelah Rasulullah SAW menyaksikan jenazah 70 sahabat yang syahid dalam Perang Uhud, termasuk Hamzah, paman Rasulullah. Sedangkan Al-Qurthubi menyatakan bahwa ayat ini turun di Makkah ketika adanya perintah kepada Rasulullah SAW, untuk melakukan gencatan senjata (muhadanah) dengan pihak Quraisy. Akan tetapi, Ibn Katsir dalam Tafsir Al-Qur'an Al --Adzim tidak menjelaskan adanya riwayat yang menjadi sebab turunnya ayat tersebut.
Penulis menyimpulkan bahwa diantara metode atau cara berdakwah ada tiga macam; yang pertama Bil Hikmah (disampaikan dengan arif dan bijaksana), yang kedua Maui'dzah Hasanah (nasihat yang baik) dan yang ketiga Jadil Hum Bi lati Hiya Ahsan (Berdebat dengan cara yang baik/santun).
Selain metode, dalam proses berdakwah tentu ada prinsip komunikasi Islam yaitu ragam penyampaian yang sesuai menurut al-Qur'an. Berikut ada enam istilah atau prinsip yang perlu diketahui;
Qaulan Ma'rufa artinya bahasa sindiran yang tidak menyakiti dan menyinggung  (al- Baqarah : 235)