Mohon tunggu...
Syavira Nabilla
Syavira Nabilla Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - student

freedom.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penerapan Deradikalisasi dalam Konflik Keamanan di Timur Tengah

23 Juni 2021   09:30 Diperbarui: 23 Juni 2021   10:29 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saya menuliskan bahwa terdapat bukti dengan semakin seseorang yang berada di batas tepi maka akan semakin radikal tentang pemahaman dan juga aktivitas yang dilakukan. Terlihat jelas bahwa radiakalisme tidak dapat dipisahkan dengan aktivitas tekanan seperti terorisme. 

Oleh karena itu, metode radikalisasi narapidana terorisme ataupun masyarakat dapat dihadapi dengan menggunakan pendekatan perdamaian melalui konsolidasi kembali ajaran islam yang terbuka dan juga adanya pemahaman terhadap hak asasi manusia melalui program yang telah terkonsep. Dengan membangun perdamaian deradikalisasi dapat dilaksanakan setelah mengetahui latar belakang dengan berdasarkan terjadinya radikalisasi terhadap seseorang. 

Menurut Rabasa dan tim The Rand Corporation, sumber radikalisme islam dapat digolongkan dalam tiga hal. Yang pertama, keadaan yang terikat dengan ekonomi dan politik ataupun adanya aktivitas westernisasi. Yang kedua, prosedur global yang terkait dengan arabisasi dunia non Arab, perkembangan jaringan islam radikal internasional yang berdampingan dengan peliputan media, adanya akibat konflik Palestina–Israel serta bantuan anggaran ekstremisme. Dan ketiga, terdapat insiden penggerak seperti peristiwa pengeboman 11 September 2001, perang Afghanistan, perang Iran, perang Iraq dan perang Gulf 1991 (Rabasa, 2004).

Pemahaman Deradikalisasi

Seperti yang kita ketahui bahwa deradikalisasi merupakan sebuah cara untuk mengubah seseorang yang ingin mempersiapkan atau terlibat dalam aktivitas terorisme menjadi seseorang yang tidak akan lagi terlibat dalam sebuah aktvitas terorisme tersebut. Lalu terdapat suatu perbedaan pendapat terhadap deradikalisasi ini, dimana ada beberapa orang yang mengatakan bahwa deradikalisasi adalah sebuah kelanjutan dari counter terrorism dan sebagian juga yang mengatakan bahwa deradikalisasi merupakan bagian dari counter terrorism. Akan tetapi kedua aktivitas tersebut yakni deradikalisasi dan juga counter terrorism adalah bentuk aktivitas yang masih saling berkaitan pada satu sama lainnya (Birk, 2009).

Selain itu deradikaliasi ini juga mempunyai sebuah inti pengertian yakni adalah sebuah pendekatan yang (soft) guna mengubah seseorang untuk tidak akan lagi terlibat dalam sebuah aksi kekerasan, sebuah aktivitas terorisme dan agar membuat orang–orang tidak akan lagi mempercayai sebuah paham yang mengajarkan suatu tindak kekerasan. Lalu mengapa deradikalisasi ini menggunakan sebuah pendekatan yang halus dikarenakan jika orang–orang diberikan sebuah tindak kekerasan maka akan dapat menmbuat orang semakin menjadi lebih keras. 

Maka dapat dikatakan jika memberikan adanya sebuah tindak kekerasan tidak akan membuat orang untuk berubah akan tetapi menumbuhkan kekerasan yang semakin baru atau bahkan menjadi radikal. 

Oleh karena itu beberapa negara mencoba untuk menguasai metode–metode yang halus guna mengubah seseorang agar tidak menjadi radikal atau terlibat dalam sebuah paham yang mengajarkan kekerasan atau dalam aktivitas terorisme. Contoh negara yang menguasai metode–metode yang halus agar meninggalkan paham yang mengajarkan suatu tindak kekerasan tersebut yaitu diantaranya Arab Saudi, Turkey, Indonesia dan juga Malaysia (Boucek, 2009).

Timur Tengah adalah wilayah dengan peringkat ketidakstabilan politik dan juga keamanan yang tinggi. Dengan adanya beberapa macam konflik yang sering terjadi pada wilayah ini dapat membawa pengaruh yang tidak hanya pada negara–negara setempat saja akan tetapi juga membawa pengaruh bagi kestabilan di dunia. 

Dan seperti yang kita ketahui bahwa terorisme hingga era ini memiliki keidentikan dengan negara–negara islam seperti di Timur Tengah. Mengapa begitu, karena telah menjadi tanda dan telah merekat pasca pengeboman yang terjadi pada gedung Pentagon di Amerika Serikat dan juga gedung One World Trade Centre (WTC) pada tahun 11 September 2001 yang pada saat itu disertai dengan invansi militer Amerika Serikat ke Irak dan Afghanistan yang disangka sebagai jaringan terorisme Al–Qaeda. 

Wilayah Timur Tengah ini sejak dahulu kala telah menjadi sumber tersendiri terhadap negara–negara Barat terlebih ketertarikan mereka kepada minyak (Yunanto, 2017). Isu terorisme yang ada di Timur Tengah membawa dampak yaitu pemindahan pusat negara–negara Arab dari isu perekonomian kepada isu politik dan keamanan. Dan tidak dapat dipungkiri jika ancaman terorisme telah menyebabkan rasa khawatir terhadap negara–negara Arab maupun negara–negara di luar wilayah tersebut. Terlebih dengan lahirnya Islamic State of Iraq and Sham (ISIS) yang membuat semakin menjadi kompleks tatanan politik dan juga keamanan di semenanjung Arab tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun