Kampung halaman seharusnya menjadi tempat yang hangat, namun sering kali hanya menjadi pengingat akan kenangan pahit. Kembali ke tempat yang dulu kita cintai bisa terasa menyakitkan, terutama ketika kita harus menghadapi kenyataan bahwa banyak yang telah berubah. Rindu memang tak bisa dipadamkan, tetapi pahitnya kenyataan kadang lebih menyakitkan. Kini kuketahui, semua orang di kampung halaman adalah pakar dalam menilai keputusan orang lain. Mungkin ini salah kaprah, jadi jangan percaya. Kadang juga kampung halaman hanya jadi tempat menumpang lahir dan menanam kenangan masa kecil.
Lalu, saat pendapat kita berbeda, mengapa harus ada perdebatan? Mengapa kita tidak bisa saling menghormati pandangan yang berbeda? Dalam masyarakat yang terus berkembang ini, kita harus belajar untuk menerima perbedaan, bukan menjadikannya sebagai alasan untuk bertengkar. Hanya dengan saling menghargai, kita bisa menemukan jalan menuju kedamaian dalam diri. Menjadi beda di antara sekitar kita mungkin saja membuat kita tidak diterima, tapi mungkin itu lebih baik dibanding kita tidak ada bedanya sama semua yang ada di sana. Kita tidak akan pernah terlihat, kecuali jika kita berani bersinar.
Paji Hajju
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI