Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Para Penyusup

8 November 2020   16:41 Diperbarui: 8 November 2020   16:49 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mentari pagi itu, dengan sombong menyeringai seperti hendak menelan seluruh hamparan bumi yang disinarinya. Tak ada sedikit mendung pun yang berani menghalangi sang raja angkasa itu. Sehingga dengan bebasnya, menerobos rimbun dedaunan di sepanjang jalan.

Kesibukan kota kaum cendekia pagi itu sungguh sumringah. Anak-anak dengan seragam merah putih atau biru, berebut depan dengan sepeda mini mereka. Tak peduli badan basah berkeringat, mereka gembira. Mungkin sesampainya di sekolah baru mereka akan merasa kelelahan dan kipas-kipas, kemudian ngantuk saat guru mendiktekan angka-angka. Mereka satu-satunya kelompok masyarakat kota ini yang tidak pernah menilai serius persoalan. Saat orang dewasa berpikir keras tentang bertahan hidup dalam kondisi yang menjepit, mereka masih saja riang bermain.

Saat pukul 10.30 WIB, banyak mahasiswa sudah berkumpul di Tugu Peringatan. Perempatan Tugu Peringatan ini memang sangat strategis untuk mengumpulkan banyak orang dari segala penjuru. Selain karena letaknya di tengah-tengah kota, juga karena area yang cukup luas. Jika tengah perempatan itu penuh, kira-kira bisa menampung hampir seribu orang. Beberapa rombongan telah bergabung, perbedaan seragam dan bendera sepertinya sudah tak jadi soal. Karena mereka memiliki satu kepentingan, semua perbedaan itu bisa ditanggalkan sejenak.

Beberapa orang yang sepertinya pimpinan masing-masing kelompok berkumpul.

"Kita tunggu sebentar lagi, rombongan dari utara masih dalam perjalanan."

"Berapa jumlah mereka?"

"Kemarin, korlapnya menyatakan siap membawa seratus orang."

"Baiklah. Kalau begitu sudah cukup kuat. Begitu mereka sampai, kita langsung koordinasi dan mulai aksinya."

***

Tiga orang di pinggir jalan ujung perempatan tengah asik memperhatikan para demonstran yang sedang mempersiapkan diri. Kehadiran mereka sangat wajar, sehingga tidak begitu menarik perhatian. Tapi dengan seksama, mereka tengah memperhitungkan gerakan massa yang kini mulai menggelumbung di tengah perempatan Tugu Peringatan itu.

"Wah, mereka kayaknya merencanakan untuk melakukan longmarch. Kita harus mengikutinya" Panji masih bersantai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun