Bersikap Jujur
Ikuti kata hatimu. Kata seorang guru spiritual kepada para murid-muridnya. Perintah tersebut terasa sangat sederhana, yang berarti bahwa semua tindakan yang dilakukan mestinya dikembalikan terlebih dahulu kepada hati kita, dan ditanyakan apakah patut atau tidak untuk dilakukan. Hati menjadi satu alat ukur untuk menilai apakah suatu tindakan baik atau buruk untuk dilakukan.
Permasalahannya adalah jika hati yang dimintai pertimbangan bukan lagi hati yang putih bersih dan bening tanpa cacat. Jika ternyata hati yang ditanyai adalah hati yang curang, hati yang busuk, hati yang culas, hati yang sudah tidak bisa menimbang dengan sehat persoalan karena telah terkontaminasi oleh nafsu, maka persoalannya menjadi sulit.
Itulah mengapa Sayyid Kazim Al Hairi dalam karyanya Tazkiyyatun Nafs, mensucikan diri adalah suatu tindakan yang mendesak dilakukan oleh seorang muslim sejak dini. Ada dua prinsip dari Tazkiyyatun Nafs yang harus diperhatikan oleh manusia. Pertama, pensucian diri itu harus berlangsung terus menerus.Â
Kesempurnaan manusaia adalah sesuatu yang tak terhingga. Ketika dia berada pada jalan pensucian jiwa maka dia tengah melakukan usaha tanpa batas. Seorang muslim tidak boleh merasa cukup dengan pencariannya. Kedua, karena sifatnya berlangsung terus menerus, maka harus juga berusaha untuk tidak terjerumus di tengah perjuangan. Tidak boleh berhenti. Karena jika berhenti dia bisa jatuh kepada su'ul khotimah.
Sebagaimana ciri hati yang selalu berubah dan berganti seiring dengan waktu yang berjalan, maka satu dao berikut menjadi sangat penting untuk tidak kita lewatkan,
Wahai Yang mebolak-balikkan hati dan pandangan,
Teguhkanlah selalu hatiku dalam agama-Mu.
Jangan Kau gelincirkan hatiku setelah Kau berikan petunjuk kepadaku.
Curahkanlah kepadaku kasih sayang-Mu.
Sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi Anugerah.