Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Untuk Kamu yang Belum Sehat, Nasihat Itu Kebaikan Bukan Ancaman

16 Februari 2024   07:30 Diperbarui: 16 Februari 2024   07:38 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin bukan sakit tapi di sekitar kita ada orang-orang yang kian lama memiliki kepribadian yang tidak sehat. Mudah marah dan tersinggung. Senang mengganggu orang lain, mengintimidasi. Bersikap gampang membenci dan memusuhi orang lain. Atas alasan yang dibuat sendiri, sangat subjektif. Tapi saat ditanya, apa sudah menunaikan kewajibannya? Jawabnya, belum. Begitulah kepribadian tidak sehat bekerja.

Tiap hari berkeluh-kesah. Quick count yang ilmiah pun disalahkan karena tidak mencerminkan capres pilihannya. Orang lain dijadikan sasaran untuk dimusuhi. Sementara dirinya selalu merasa paling benar, mungkin paling suci. Katanya, "hanya gue yang paling benar. Semua orang lain, apalagi musuh gue pasti salah". Maka si orang lain pun pergi menghindar. Akibat pribadi yang tidak sehat.

Untuk orang-orang zaman now yang, mungkin, sudah tidak lagi sehat. Sudah pasti susah diubah sikap dan perilakunya. Karena pasti paling ngotot duluan untuk membenarkan dirinya. Maka untuk orang-orang yang merasa paling benar hanya bisa dinasihati - diingatkan. Itu pun bila mau. Karena nasihat, apapun alasannya, hanya untuk mengontrol diri sendiri dan berharap masih ada kebaikan yang bisa menghampiri.

Nasihat itu kebaikan, bukan ancaman. Maka saya pun sadar. Semakin sering saya menasihati orang lain, justru saya semakin sadar untuk untuk selalu memperbaiki diri. Sebaliknya, saat saya dinasihati maka saya pun memberi sarana kebaikan untuk orang lain. Pada nasihat, selalu ada kebaikan yang saya perbuat dan selalu ada perbuatan baik dari orang lain. Lalu, kenapa masih ada orang yang menganggap nasihat dan tulisan sebagai ancaman?
Bisa jadi, hanya orang yang di hatinya ada kebencian dan permusuhan yang menjadikan nasihat sebagai ancaman. Kerjanya menyerang dan menyalahkan orang lain. Selalu merasa paling benar, paling tahu segalanya. Tapi faktanya, hanya segitu saja. Dikira merendahkan orang lain ternyata sedang merendahkan dirinya sendiri. Hati-hati dan waspada.

Cukuplah jadikan nasihat hanya bermakna kebaikan. Memberi atau menerima nasihat itu dua-duanya adalah kebaikan. Agar selalu sadar untuk memperbaiki diri dan menjadi lebih baik. Jangan kebanyakan wara-wiri hanya untuk hal yang sia-sia. Tapi tiap nasihat baik selalu dibantah dan diabaikan.

Sungguh, hanya orang-orang yang berharap ridho-Nya, yang selalu memaknai menerima dan memberi nasihat sebagai proses menuju hidup berkualitas yang lebih baik di mata sang khalik. Jangan anti nasihat, selagi bisa membuat kita lebih baik. Karena tiap nasihat selalu memberi pesan "lebih baik bersiap perang daripada berharap bahwa musuh tidak pernah datang." Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun