Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar yang Menyenangkan (Catatan Dies Natalis ke-13 Unindra)

6 September 2017   14:31 Diperbarui: 6 September 2017   17:04 2087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Maka ke depan, Unindra akan terus fokus "memenuhi harapan" publik untuk menjadi perguruan tinggi yang berkualitas di kota Jakarta. Caranya, tentu dengan mengoptimalkan marwah perguruan tinggi yang tertuang dalam "Tri Dharma Perguruan Tinggi", untuk memaksimalkan 1) pendidikan, 2) penelitian, dan 3) pengabdian masyarakat.

 

Lalu apa lagi istimewanya ulang tahun Unindra kali ini?

Sekali lagi gak ada yang istimewa. Biasa-biasa saja. Seperti saya juga biasa-biasa saja, bukan siapa-siapa. Walau di kesempatan ini pun, saya bersyukur telah menjadi bagian dari Unindra, telah mengabdi selama 23 tahun di Unindra sejak 1 September 1994 (berdasarkan SK kepangkatan dosen). Sedikit banyak, saya tahu perkembangan dan sejarah Unindra yang seperti sekarang, dan seperti sebelumnya waktu bernama STKIP PGRI Jakarta. Alhamdulillah, sudah 23 tahun saya mengabdi untuk mencerdaskan bangsa. Dan yang paling penting, sikap istiqomah saya dalam mengajar dari dulu hingga sekarang. Tetap biasa-biasa saja, seperti aslinya ...

 

Ada orang, bahkan banyak pihak menyangka. Dosen itu sebagai status, dosen sebagai profesi, atawa dosen sebagai panggilan jiwa. Itu semua sah-sah saja. Tidak ada yang salah.

Dosen itu sebagai STATUS. Mungkin karena kita berpikir bekerja sebagai dosen dianggap dapat mengangkat status sosialnya (bukan status ekonominya ya). Status dosen dianggap lebih terhormat walau tidak melulu.

Dosen itu dianggap sebagai PROFESI. Bisa jadi karena profesi kan merujuk kepada pekerjaan sehari-hari. Tapi jangan dilupakan, profesi itu bermakna pekerjaan yang membutuhkan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi, harus terikat kepada kode etik dan sertifikasi. Maka ketika menjadi profesi, maka harus profesional.

Dosen sebagai PANGGILAN JIWA. Nah jika ini, maka bekerja sebagai dosen harus menjadi "jalan hidup" atas dasar tujuan dan iktikad baik; ada idealisme dari lubuk hati yang paling dalam untuk menjalankan pekerjaan sebagai dosen.

Apapun, dosen boleh dianggap apa saja. Tapi satu yang pasti DOSEN harus MENGAJAR. Karena dalam mengajar, kita tidak sedang berbagi kepusingan dan bukan sedang menjelaskan kerumitan. Tapi mengajar, kita sedang menebar kemudahan dan berbagi kesenangan.

Buat saya, karena mengajar, kita tidak disuruh untuk menebang hutan, tapi untuk mengairi gurun.(Silakan dibaca:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun