Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar yang Menyenangkan (Catatan Dies Natalis ke-13 Unindra)

6 September 2017   14:31 Diperbarui: 6 September 2017   17:04 2087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa sih yang kamu lakukan kalo lagi ulang tahun?

Ada 3 jawaban teratas yang pernah saya survei: 1) membuat perayaan atau pesta ulang tahun, 2) mentraktir makan yang perlu ditraktir, dan 3) melakukan introspeksi diri. Ada juga sih yang jawab, ngumpet karena takut dikerjain. Ada juga yang jawab, minta hadiah dari orang lain. Bahkan ada juga yang jalan-jalan alias rekreasi. Tapi kalo yang "3 besar" ya seperti itulah cara merayakan ulang tahun.

Dan hari ini, tanpa terasa ada yang ulang tahun ke-13.

Universitas Indraprasta PGRI, sering disebut Unindra (yang dulunya bernama STKIP PGRI Jakarta), hari ini 6 September 2017, merayakan ulang tahun ke-13. Kalo istilah orang kampus, Dies Natalis ke-13. Kok masih muda banget umurnya ? Iya karena Unindra boleh dibilang metamorphosis dari STKIP PGRI Jakarta yang berdiri tahun 1982, bahkan cikal bakalnya dulu bernama IKIP PGRI Jakarta berdiri tahun 1971. Lalu sejak 2004, seiring dinamika dan kebutuhan sebagai perguruan tinggi berubah menjadi Universitas Indraprasta PGRI. Kampusnya ada di wilayah Pasar Rebo dan Tanjung Barat Jakarta.

Lalu apa istimewanya ulang tahun Unindra?

Tidak ada yang istimewa. Tulisan ini hanya ingin sedikit berbagi kisah tentang Unindra. Karena sedikit banyak, saya sudah menjadi dosen Unindra selama 23 tahun. Dulu sewaktu masih bernama STKIP PGRI Jakarta, saya tahu betul perguruan tinggi ini bisa dibilang "gak punya" kampus, bahkan kuliahnya hanya dilakukan di malam hari. Sama sekali gak banyak orang tahu, boro-boro kenal. Saya pun mengajar, mahasiswa yang hadir paling hanya 4 orang. Jadi artinya, Unindra yang dulu bernama STKIP PGRI Jakarta itu bukan apa-apa dan bahkan gak ada apa-apanya, kata orang di luar sana.

Tapi sekarang, sejak berganti nama menjadi Unindra dan di bawah kepemimpinan Rektor saat ini. Banyak orang di luar sana yang berdecak kagum, banyak orang yang geleng-geleng kepala atas pesatnya kemajuan Unindra sebagai salah satu perguruan tinggi di Jakarta. Gedung kampus sudah memadai, mahasiswanya mungkin sudah melewati 25.000 mahasiswa, bahkan dosennya pun lebih dari 800-an. Buat saya, Unindra sangat maju pesat dan tumbuh menjadi kampus yang terus berdinamika untuk memenuhi kebutuhan belajar para generasi muda Indonesia.

Satu hal yang ingin menjadi catatan saya di Dies Natalis ke-13 Unindra tahun ini. Kampus atau perguruan tinggi apapun, di manapun, harus punya MANAJEMEN KAMPUS yang baik. Secara subjektif, saya melihat Unindra sangat menerapkan "Manajemen Kampus" yang luar biasa. Tata kelola kampus, dari berbagai aspek seperti kemahasiswaan, kehadiran dan jam mengajar dosen, kelengkapan struktural, fasilitas kampus, remunerasi dan sebagainya berjalan pada koridor yang terus-menerus membaik. Tertib administrasi, tertib manajemen inilah kekuatan Unindra hingga mampu menjadikannya sebagai salah satu perguruan tinggi dengan jumlah mahasiswa terbanyak di Jakarta.    

  

Dengan menjunjung tinggi university values berupa 1) Peduli , 2) Mandiri, 3) Kreatif, dan 4) Adaptif, saat ini Unindra telah menjadi kampus pilihan banyak anak-anak muda dari berbagai daerah di Indonesia. Realitas ini pun akan terus berdinamika di Unindra dalam upaya memberikan kenyamanan mahasiswa dalam berkuliah, dalam belajar untuk meraih penguasaan ilmu secara lebih baik, lebih berkualitas.

 

Maka ke depan, Unindra akan terus fokus "memenuhi harapan" publik untuk menjadi perguruan tinggi yang berkualitas di kota Jakarta. Caranya, tentu dengan mengoptimalkan marwah perguruan tinggi yang tertuang dalam "Tri Dharma Perguruan Tinggi", untuk memaksimalkan 1) pendidikan, 2) penelitian, dan 3) pengabdian masyarakat.

 

Lalu apa lagi istimewanya ulang tahun Unindra kali ini?

Sekali lagi gak ada yang istimewa. Biasa-biasa saja. Seperti saya juga biasa-biasa saja, bukan siapa-siapa. Walau di kesempatan ini pun, saya bersyukur telah menjadi bagian dari Unindra, telah mengabdi selama 23 tahun di Unindra sejak 1 September 1994 (berdasarkan SK kepangkatan dosen). Sedikit banyak, saya tahu perkembangan dan sejarah Unindra yang seperti sekarang, dan seperti sebelumnya waktu bernama STKIP PGRI Jakarta. Alhamdulillah, sudah 23 tahun saya mengabdi untuk mencerdaskan bangsa. Dan yang paling penting, sikap istiqomah saya dalam mengajar dari dulu hingga sekarang. Tetap biasa-biasa saja, seperti aslinya ...

 

Ada orang, bahkan banyak pihak menyangka. Dosen itu sebagai status, dosen sebagai profesi, atawa dosen sebagai panggilan jiwa. Itu semua sah-sah saja. Tidak ada yang salah.

Dosen itu sebagai STATUS. Mungkin karena kita berpikir bekerja sebagai dosen dianggap dapat mengangkat status sosialnya (bukan status ekonominya ya). Status dosen dianggap lebih terhormat walau tidak melulu.

Dosen itu dianggap sebagai PROFESI. Bisa jadi karena profesi kan merujuk kepada pekerjaan sehari-hari. Tapi jangan dilupakan, profesi itu bermakna pekerjaan yang membutuhkan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi, harus terikat kepada kode etik dan sertifikasi. Maka ketika menjadi profesi, maka harus profesional.

Dosen sebagai PANGGILAN JIWA. Nah jika ini, maka bekerja sebagai dosen harus menjadi "jalan hidup" atas dasar tujuan dan iktikad baik; ada idealisme dari lubuk hati yang paling dalam untuk menjalankan pekerjaan sebagai dosen.

Apapun, dosen boleh dianggap apa saja. Tapi satu yang pasti DOSEN harus MENGAJAR. Karena dalam mengajar, kita tidak sedang berbagi kepusingan dan bukan sedang menjelaskan kerumitan. Tapi mengajar, kita sedang menebar kemudahan dan berbagi kesenangan.

Buat saya, karena mengajar, kita tidak disuruh untuk menebang hutan, tapi untuk mengairi gurun.(Silakan dibaca:

http://www.kompasiana.com/syarif1970/kenapa-mengajar-bukan-menghajar_585745d2e422bd5f224422e7)

Nah, di usia 23 tahun saya mengabdi untuk perguruan tinggi. Untuk Unindra, ada satu hal yang menggelitik dalam pikiran saya, untuk introspeksi diri. BAHWA DOSEN, BUKANLAH SOSOK SEMESTA DALAM PENDIDIKAN.

Artinya, pendidikan juga belajar di perguruan tinggi bukan hanya beban dosen, bukan pula tanggung jawab kampus semata. Pendidikan adalah tanggung jawab semua pihak, semua stakeholders. Belajar di kampus gak bisa dilihat hanya dari aspek andragogi dan pedagogi semata. Ketika saya memilih menjadi dosen, maka saya harus terus memperbaiki cara pandang dan sikap saya. Bahwa dosen bukan hanya mengirimkan "pengetahuan -- knowledge" tapi harus bertumpu pada"nilai-nilai -- values".

 

Berhasil atau tidaknya anak-anak yang sedang belajar, tujuan pendidikan yang diharapkan, sungguh harus dipandang sebagai ikhtiar kolektif, usaha bersama.

Semesta pendidikan bukanlah di dosen. Semesta pendidikan juga bukan di kampus. Tapi semesta pendidikan terjadi ketika semua pihak terlibat untuk terus memperbaiki tata kelola belajar, tata kelola pendidikan, dan tata kelola nalar umat manusia. Belajar dan pendidikan bukan untuk mengejar nilai mata kuliah tanpa mampu memahami proses. Belajar, sungguh bukan praktik tanpa teori. Juga bukan teori tanpa praktik.

SEMESTA PENDIDIKAN adalah ketika kita, mampu menjadikan mahasiswa tetap "survive" dalam berhadapan dengan realitas kehidupan. Maka semesta pendidikan seharusnya dimulai dari soal yang sederhana. "Menjadikan pendidikan dan belajar sebagai kegiatan yang menyenangkan".  Dosen  harus menyenangkan, kampus harus menyenangkan, belajar harus menyenangkan dan lingkungan belajar harus menyenangkan. Semua merasa senang dalam belajar. Mahasiswa senang, dosen senang, kampus senang.

 

Karena belajar yang menyenangkan...

Akan membuat karakter, hati, dan pikiran lebih senang bahkan tenang. Karena pendidikan yang berhasil bukan dilahirkan dari tangan seorang dosen, bukan pula dari kampus. Tapi dari perasaan dan pengetahuan mahasiswa yang menyenangkan....

Terakhir buat yang sedang ulang tahun, jangan lupa untuk bersyukur, bersyukur lagi dan bersyukur terus... Insya Allah berkah.... #UnindraKeren

dosen3-59afa3ea43322f24d7107852.jpg
dosen3-59afa3ea43322f24d7107852.jpg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun