Mohon tunggu...
M Syarbani Haira
M Syarbani Haira Mohon Tunggu... Jurnalis - Berkarya untuk Bangsa

Pekerja sosial, pernah nyantri di UGM, peneliti demografi dan lingkungan, ngabdi di Universitas NU Kal-Sel

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kota Banjarmasin, Adakah Optimisme?

23 Agustus 2019   23:38 Diperbarui: 24 Agustus 2019   07:04 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan di Salah Satu Sudut Kota Banjarmasin (skyscrapercity.com)

Catatan Sudut Menjelang HUT Kota Banjarmasin ke 493

Bulan ini, tepatnya tanggal 24 September 2019 yang akan datang, Kota Banjarmasin genap berusia 493 tahun. Kota ini ditahbiskan pada tanggal 24 September 1536 mesihi. Kala itu, penduduk kota Banjarmasin masih sedikit, di bawah seribu jiwa. Namun, karena letaknya yang cukup strategis, sebagai pintu gerbang Pulau Kalimantan, maka kota ini pun tetap dibentuk, walau hanya seadanya. 

Seiring dengan dinamika zaman, saat ini, kota Banjarmasin menjadi kota yang berkembang dengan cepatnya. Data BPS kota Banjarmasin tahun 2018 lalu menunjukkan warganya yang tercatat mencapai angka 692.793 jiwa. Bandingkan dengan data sebelum negeri ini merdeka di tahun 1945, sebutlah jumlah penduduk pada tahun 1930 yang hanya 57.822 jiwa, maka pertumbuhan penduduk kawasan ini terus meningkat. 

Hari ini, kota Banjarmasin termasuk kota yang terpadat di dunia, sekitar 7.036,28 jiwa per kilometer. Model ini, mirip-mirip dengan kota-kota terpadat di dunia, atau di nusantara sendiri. 

Pada level nusantara ada Jakarta Timur yang dihuni 2.8 juta jiwa lebih. Ada pula Surabaya (2.8 juta jiwa), Medan (2.4 juta jiwa), Bekasi (2.3 juta jiwa), dan Bandung (2.3 juta jiwa). Pada level dunia, Tokyo, Jepang paling tinggi (28.1 juta jiwa), Delhi, India (26.4 juta jiwa), Shanghai, Cina (24.4 juta jiwa), Mumbai, India (21.3 juta jiwa), San Paulo, Brazil 21.2 juta jiwa), Beijing, China (21.2 juta jiwa), Mexico City (21.1 juta jiwa), New York (18.6 juta jiwa), Kairo, Mesir, (19.1 juta jiwa) dan Osaka, Jepang (20.3 juta jiwa).

Banjarmasin memang kecil. Jauh dibanding tetangganya di sebelah timur, seperti Kabupaten Banjar. Atau dengan tetangganya di sebelah selatan, seperti Kabupaten Barito Kuala. Kabupaten Banjar merupakan kabupaten terluas di Kalsel, sekitar 4.688 kilometer. Penduduknya pun juga terbesar, mencapai 504.204 jiwa, dengan kepadatan penduduk hanya 114.41 jiwa per kilometer.  

Demikian pula dengan Barito Kuala. Kawasan penuh rawa dan gambut ini memiliki luas wilayah hingga 3.284 kilometer, dengan jumlah penduduk hanya 309.749 jiwa. Tetapi kepadatan penduduknya hanya 104 jiwa per kilometer.

Dilihat dari angka kepadatan penduduk pada 3 daerah tingkat II ini, jelas sekali ada paradok yang luar biasa. Kabupaten Banjar dan Batola hanya dalam kisaran 104 hingga 114 jiwa per kilometer, sementara Kota Banjarmasin menembus di angka 7 ribu lebih per kilometer, mirip kota-kota padat di dunia.

Entah apa rumus yang digunakan para tokoh bangsa di daerah ini saat membagi kawasan Kalimantan ini, khususnya Kalimantan Selatan, sehingga Kota Banjarmasin hanya memiliki luas wilayah hanya 98.46 kilometer. Justru, pecahan Kota Banjarmasin, seperti Kabupaten Banjar yang luas wilayahnya beberapa kali Kota Banjarmasin, hampir 5 ribu kilometer persegi.

Konsentrasi terbesar penduduknya ada di wilayah Selatan, mencapai 157 ribu jiwa (38.27 %), disusul wilayah timur (23.86%), wilayah utara 16.54 %, barat 13.13 %, dan tengah 6.64 %. Wilayah Tengah ini hasil pemekaran pasca reformasi. Meski wilayahnya kecil, dan penduduknya juga palimg kecil, tetapi kepadatan penduduknya justru paling tinggi, 14.227 per kilometer, disusul wilayah barat 11.404 jiwa,  utara 9.263 jiwa, timur 5.032 dan selatan 4.120 jiwa per kilometer.

Dari sisi agama penganut muslim merupakan mayoritas, 95.54 %, disusul Kristen 2.42 %, Katholik 1.04 %, Budha 0.68 %, Hindu 0.07 %, Kong Hucu 0.02 %, lainnya (seperti Kaharingan) 0.24 %. Ini bisa dimengerti, karena etnik Banjar mendominasi penduduk kota ini (79.26%), disusul Jawa 10.27 %, Madura 3.17 %, China 1.56 %, dan etnik-etnik lainnya seperti Dayak, Bugis, Sunda, Batak, Arab, Bima dll nya yang masih di bawah angka 0.0 %.

Oleh karenanya, tak heran jika di kota ini Mesjid, Musholla, atau Majelis Taklim bertebaran hampir ada di semua sudut kota. Kawasan Kelayan bahkan layak disebut kawasan penuh mesjid, karena tiap gank atau komplek selalu ada mesjidnya. Sementara ummat Katholik hanya punya 3 Gereja. Ummat Kristen punya 25 gereja permanen dan 30 seadanya. Ummat Hindu punya satu Pura, sedang ummat Budha punya 5 Vihara serta 2 Kelenteng.

Pertanyaannya, apa yang sudah dilakukan negara, melalui pemerintahan Kota Banjarmasin untuk warganya, khususnya Walikota-nya. Dalam hemat saya selama ini, ternyata dari satu walikota ke walikota penggantinya, tak ada terobosan yang berarti. Mereka hanya menjalankan roda organisasi pemerintah secara rutin, monoton dan monolog. 

Dari acara ke acara, dan dari peresmian ke peresmian. Era Haji Muhidin mungkin banyak yang telah memberikan jempol bungas, karena pengusaha tambang batubara itu bonek membongkar perumahan warga (seperti di kawasan Jalan Veteran) buat pelebaran jalan. 

Era dia pula lah yang sudah bikin karya monumental buat kota Banjarmasin, yakni mendirikan Menara Pandang. Tempat ini hari ini menjadi alternatif bagi warga buat silaturahim dan refreshing keluarga, termasuk tamu-tamu dari luar daerah. 

Angkutan SungaivTempoe Doeloe di Banjarmasin
Angkutan SungaivTempoe Doeloe di Banjarmasin
Sementara dari sisi lainnya, sepertinya biasa-biasa saja. IPM nya pun (sebagai indikator kemajuan pembangunan manusia), dari sisi peringkat kalah jauh dengan kota-kota lain di nusantara. Kontribusi negara (walikota) untuk mendorong kaum melenial agar meneruskan studi hingga ke jenjang S1 dan S2 pun biasa-biasa saja. 

Malah jika dibanding kabupaten lain yang ada di Kalsel, alokasinya koya ini nampak tidak menonjol. Berbeda dengan sejumlah kabupayen lainnya, alokasi anggarannya jauh lebih besar. Maka itu tak heran, jika menyongsong Hari Ulang Tahun kota ini tahun 2019 ini, semakin nyaring terngiang di telinga pengamat, nyanyian warga kota ini, "Banjarmasinku Sayang, Banjarmasinku Malang". 

Semoga ini tak menjadi kenyataan. Semoga pula optimisme masih menjadi bagian bagi kota Banjarmasin. Aamiin ... !!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun