Mohon tunggu...
M Syarbani Haira
M Syarbani Haira Mohon Tunggu... Jurnalis - Berkarya untuk Bangsa

Pekerja sosial, pernah nyantri di UGM, peneliti demografi dan lingkungan, ngabdi di Universitas NU Kal-Sel

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kota Banjarmasin, Adakah Optimisme?

23 Agustus 2019   23:38 Diperbarui: 24 Agustus 2019   07:04 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan di Salah Satu Sudut Kota Banjarmasin (skyscrapercity.com)

Oleh karenanya, tak heran jika di kota ini Mesjid, Musholla, atau Majelis Taklim bertebaran hampir ada di semua sudut kota. Kawasan Kelayan bahkan layak disebut kawasan penuh mesjid, karena tiap gank atau komplek selalu ada mesjidnya. Sementara ummat Katholik hanya punya 3 Gereja. Ummat Kristen punya 25 gereja permanen dan 30 seadanya. Ummat Hindu punya satu Pura, sedang ummat Budha punya 5 Vihara serta 2 Kelenteng.

Pertanyaannya, apa yang sudah dilakukan negara, melalui pemerintahan Kota Banjarmasin untuk warganya, khususnya Walikota-nya. Dalam hemat saya selama ini, ternyata dari satu walikota ke walikota penggantinya, tak ada terobosan yang berarti. Mereka hanya menjalankan roda organisasi pemerintah secara rutin, monoton dan monolog. 

Dari acara ke acara, dan dari peresmian ke peresmian. Era Haji Muhidin mungkin banyak yang telah memberikan jempol bungas, karena pengusaha tambang batubara itu bonek membongkar perumahan warga (seperti di kawasan Jalan Veteran) buat pelebaran jalan. 

Era dia pula lah yang sudah bikin karya monumental buat kota Banjarmasin, yakni mendirikan Menara Pandang. Tempat ini hari ini menjadi alternatif bagi warga buat silaturahim dan refreshing keluarga, termasuk tamu-tamu dari luar daerah. 

Angkutan SungaivTempoe Doeloe di Banjarmasin
Angkutan SungaivTempoe Doeloe di Banjarmasin
Sementara dari sisi lainnya, sepertinya biasa-biasa saja. IPM nya pun (sebagai indikator kemajuan pembangunan manusia), dari sisi peringkat kalah jauh dengan kota-kota lain di nusantara. Kontribusi negara (walikota) untuk mendorong kaum melenial agar meneruskan studi hingga ke jenjang S1 dan S2 pun biasa-biasa saja. 

Malah jika dibanding kabupaten lain yang ada di Kalsel, alokasinya koya ini nampak tidak menonjol. Berbeda dengan sejumlah kabupayen lainnya, alokasi anggarannya jauh lebih besar. Maka itu tak heran, jika menyongsong Hari Ulang Tahun kota ini tahun 2019 ini, semakin nyaring terngiang di telinga pengamat, nyanyian warga kota ini, "Banjarmasinku Sayang, Banjarmasinku Malang". 

Semoga ini tak menjadi kenyataan. Semoga pula optimisme masih menjadi bagian bagi kota Banjarmasin. Aamiin ... !!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun