Siapa yang tidak tahu Tan Malaka (1897-1949). Tokoh yang baru-baru ini dikagumi oleh kalangan muda, karena banyak sekali influencer yang membahasa pemikiran-pemikirannya guna membangkitkan semangat pergerakan. Padahal kalau di dalami sosok Ibrahim Datuk Sultan Malaka ini berideologikan Marxisme, tentu bertolak belakang dengan agama, apalagi Islam.
Memang Tan Malaka beragama Islam, namun ia mengevaluasi Islam dengan ideologi Marxismenya. Dalam bukunya "MADILOG" _Materialisme, Dialektika dan Logika_Tan Malaka menilai ajaran Islam , misalnya surga (al-Jannah, salah satu rukun iman yang masuk di dalam kepercayaan terhadap akhirat), kenikmatan surga (sungai, taman, bidadari), dan ajaran syari'at untuk menutup aurat perempuan. Tan Malaka berkomentar:
"Kalau tuan seorang Islam bukankah surga tuan juga bayangan dari masyarakat dan bumi Arab? Bukankah air Zamzam dalam surga itu, barang yang luar biasa di gurun pasir Benua Arab? Bukankah bidadari yang matanya seperti mata merpati itu idaman Arab, dan Badui terutama. Sadarlah tuan dan jangan marah dan dogmatis!"
"Pakailah pikiran nuchter, jernih! Lihatlah sekitar tuan saja! bukankah feramfuan suatu barang yang nomer wahid buat tuan Said, turunan Muhammad saw? Begitu penting ini barang, sampai dua kali saya lalui dan singgah di Mesir, kaum ibu masih disimpan baik-baik diantara 4 batu tembok , tak boleh keluar. Yang keluar mesti dikudungi betul-betul, tidak boleh manusia lain, orang Islam pun melihatnya."
Dari pernyataan tersebut bisa dipahami bahwa, Malaka mencoba merefleksi ajaran Islam dengan ukuran kultur sosial budaya Arab. Jadi surga itu khayalan orang-orang Arab, karena hidup di padang pasir tandus, jarang ada air, taman. Wanita pakai hijab keluar rumah dianggapnya sebagai budaya yang mengekang wanita.
Pandangan Tan Malaka tersebut sudah menyelisihi prinsip Islam. Pertama sudah tidak meyakini akhirat, karena surga dan segala isinya itu masuk ranah keimanan terhadap akhirat. Kedua menolak sistem yang telah Allah tetapkan, yang mana hijab merupakan ketentuan yang ditetapkan terhadap wanita.
Artinya pemikiran Tan Malaka merupakan pemikiran Marxism Komunism tulen. Segala unsur agama dilucuti sejadi-jadinya.
Oleh karena itu, maka untuk menyelamatkan keyakinan Islam, perlu diwaspadai pemikiran-pemikiran seperti ini. Karena apabila mempercayai pendapat Malaka tersebut, bisa-bisa keimanan menjadi cacat.
Masih banyak kok tokoh-tokoh pergerakan lainnya yang dapat diambil hikmah perjuangannya. Jadi kenapa mesti mengambil dari tokoh kiri. Ya tidak masalah kalo hanya sekedar dibaca-baca, tetapi tidak meyakini, pemikiran pemikiran yang bertentanagn dengan keimanan Islam tersebut.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI