Mohon tunggu...
Syamsudin
Syamsudin Mohon Tunggu... Mahasiswa

trex

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Uji Kelayakan Pembangunan RS Sultan Suriansyah Banjarmasin: Kajian Internal dan Eksternal Dengan Data Kesehatan Kota

17 September 2025   18:47 Diperbarui: 17 September 2025   18:47 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pendahuluan

Kesehatan adalah hak dasar setiap warga negara sekaligus indikator keberhasilan pembangunan manusia. Kota Banjarmasin, sebagai ibu kota Kalimantan Selatan, memikul peran penting sebagai pusat pelayanan kesehatan regional. Tingginya kepadatan penduduk, mobilitas masyarakat dari kabupaten sekitar, serta meningkatnya prevalensi penyakit kronis membuat kebutuhan fasilitas kesehatan kian mendesak.

Pemerintah Kota Banjarmasin menjawab tantangan tersebut dengan membangun Rumah Sakit Sultan Suriansyah, rumah sakit tipe B pertama milik Pemkot. Pembangunan ini melewati proses uji kelayakan internal dan eksternal, sebuah mekanisme yang tidak hanya menilai aspek teknis, tetapi juga keberlanjutan sosial-ekonomi, lingkungan, dan kebutuhan masyarakat.

Kajian Internal

1. Sarana Kesehatan

Hingga 2023, Banjarmasin memiliki 639 fasilitas kesehatan terdiri atas 9 RS umum, 4 RS khusus, 27 puskesmas non-rawat inap, 26 puskesmas keliling, 83 klinik pratama, dan 232 apotek (Satu Data Banjarmasin). Meskipun jumlah ini tampak besar, distribusi layanan masih timpang. Sebagian puskesmas hanya memiliki kapasitas dasar, sehingga kasus berat tetap harus dirujuk ke rumah sakit provinsi. RS Sultan Suriansyah menutup kesenjangan ini dengan fasilitas rawat inap, ICU, dan layanan spesialis yang lebih lengkap.

2. Demografi

Dengan populasi 700 ribu jiwa, Banjarmasin didominasi usia produktif. Usia harapan hidup nasional yang terus meningkat (73,5 tahun pada 2023) juga tercermin di kota ini, yang berdampak pada naiknya prevalensi penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes, dan kanker. RS Sultan Suriansyah diharapkan mampu mengakomodasi kebutuhan jangka panjang ini.

3. Geografi

Letak geografis Banjarmasin sebagai "kota seribu sungai" kerap menyulitkan transportasi darat menuju rumah sakit provinsi. Dengan lokasi strategis di pusat kota, RS Sultan Suriansyah memperpendek waktu tempuh pasien, terutama dalam kondisi gawat darurat, sehingga dapat berkontribusi pada penurunan angka kematian yang dapat dicegah.

4. Sosial Ekonomi

Data menunjukkan bahwa cakupan kepesertaan BPJS/JKN baru 89,91% dari total penduduk Banjarmasin ( 675 ribu jiwa) (Radar Banjarmasin). Artinya, sekitar 10% penduduk belum memiliki perlindungan kesehatan. Dalam konteks ini, RS Sultan Suriansyah sangat penting karena rumah sakit pemerintah biasanya lebih terjangkau dan lebih mudah diakses dengan pembiayaan publik.

5. Sosial Budaya

Budaya religius masyarakat Banjar menuntut pelayanan kesehatan yang ramah budaya. Fasilitas ibadah, pelayanan yang humanis, serta pendekatan yang menghormati nilai lokal menjadi keunggulan komparatif RS Sultan Suriansyah dibanding rumah sakit swasta yang lebih berorientasi bisnis.

6. SDM Kesehatan

Kota Banjarmasin memiliki sekitar 261 dokter spesialis dengan rasio 1:2.681 penduduk (IDN Times). Di RS Sultan Suriansyah, tenaga medis saat ini terdiri atas 12 dokter spesialis dan 22 dokter umum (Satu Data Banjarmasin). Jumlah ini menjadi fondasi awal, tetapi masih perlu ditingkatkan melalui kerja sama dengan fakultas kedokteran di Kalimantan Selatan.

7. Survei Kepuasan Masyarakat (SKM)

Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Pemkot Banjarmasin Semester I 2025 mencapai 92,32 (kategori "sangat baik") (Pemkot Banjarmasin). Namun, studi di Puskesmas Pekauman (2024) menemukan kepatuhan kunjungan antenatal care (ANC) ibu hamil masih dipengaruhi faktor paritas, status pekerjaan, dan motivasi (UNISM Repository). Hal ini menunjukkan adanya kebutuhan perbaikan layanan kesehatan ibu hamil yang lebih proaktif.

8. Derajat Kesehatan

Indikator kesehatan masih menunjukkan tantangan serius. Tahun 2023, tercatat 128 kasus kematian ibu (AKI) di Banjarmasin, dengan angka kematian bayi (AKB) 8,2 per 1.000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal (AKN) 6,9 per 1.000 kelahiran hidup (Data Kalsel).
Selain itu, prevalensi penyakit tidak menular cukup tinggi: hipertensi 63,2%, diabetes 6,9%, stroke 12,1/1.000, PPOK 3,7%, kanker 1,4/1.000, gagal ginjal 0,2% (Dinkes Banjarmasin). Angka ini di atas rata-rata nasional untuk beberapa penyakit kronis, menegaskan pentingnya fasilitas kesehatan dengan layanan penyakit kronis yang kuat.

Kajian Eksternal

1. Kebutuhan Masyarakat

Permintaan layanan kesehatan di Banjarmasin meningkat signifikan dengan rata-rata pertumbuhan kunjungan pasien rumah sakit 7--10% per tahun. Tanpa intervensi, rumah sakit yang ada akan mengalami kelebihan kapasitas. RS Sultan Suriansyah hadir bukan hanya untuk menambah kapasitas, tetapi juga menawarkan layanan unggulan dari kelas menengah ke bawah hingga VIP, sehingga menciptakan akses lebih luas.

2. Dukungan Stakeholder

Pembangunan RS Sultan Suriansyah mendapatkan legitimasi kuat dari DPRD, tokoh agama, serta organisasi kesehatan. Dukungan ini bukan hanya simbolis, tetapi juga menjamin keberlanjutan operasional dan legitimasi sosial, sesuatu yang sangat penting dalam pelayanan publik.

3. Analisis Lingkungan

Dari sisi tata ruang, keberadaan RS Sultan Suriansyah berdampak pada peningkatan infrastruktur jalan dan aktivitas ekonomi di sekitar kawasan. Dari sisi ekologis, rumah sakit telah dilengkapi sistem pengolahan limbah medis sesuai standar Kementerian Kesehatan, yang menjadi syarat mutlak mengingat risiko pencemaran lingkungan dari limbah rumah sakit sangat tinggi.

Analisis Perbandingan dan Proyeksi

Jika dibandingkan dengan tren nasional, pembangunan rumah sakit tipe B di tingkat kota masih relatif jarang. Kebanyakan rumah sakit tipe B dikelola provinsi atau swasta besar. Oleh karena itu, RS Sultan Suriansyah menjadi preseden penting bahwa pemerintah kota mampu mengelola rumah sakit dengan kapasitas menengah.

Ke depan, rumah sakit ini berpotensi berkembang sebagai:

Pusat Rujukan Regional: melayani pasien dari Batola, Tanah Laut, dan Banjarbaru.

Pusat Pendidikan: bekerja sama dengan fakultas kedokteran lokal untuk praktik klinik dan penelitian.

Penggerak Ekonomi: menciptakan lapangan kerja baru dan memicu tumbuhnya industri kesehatan.

Penutup

Pembangunan RS Sultan Suriansyah merupakan langkah visioner yang berlandaskan kajian internal dan eksternal. Data menunjukkan adanya kebutuhan nyata: cakupan BPJS yang belum penuh, tingginya angka kematian ibu dan bayi, serta prevalensi penyakit kronis yang meningkat. Dengan dukungan stakeholder, SDM yang berkembang, dan perencanaan lingkungan yang baik, rumah sakit ini bukan sekadar gedung pelayanan medis, tetapi investasi jangka panjang bagi kesehatan masyarakat Banua.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun