Dalam "Laporan Eksekutif Perkembangan HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual (PIMS) Triwulan I Tahun 2025" yang dipublisikan oleh "HIV AIDS PIMS Indonesia" menunjukkan secara nasional Januari -- Maret 2025:
- Ibu hamil (Bumil) terdeteksi HIV-positif: 751
- Bayi HIV-positif lahir dari Bumil HIV-positif (2021-Maret 2025: 759
- Ibu hamil (Bumil) terdeteksi positif sifilis: 1.322
- Bayi positif sifilis lahir dari Bumil positif sifilis: 68
Bumil tertular HIV/AIDS atau sifilis dari suami melalui hubungan seksual dalam ikatan pernikahan yang sah secara hukum dan agama.
Disebutkan : "Data yang ada menunjukkan kelompok LSL menempati posisi tertinggi kasus HIV di Samarinda," jelas Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Samarinda, dr. Ismid Kusasih.
Pertanyaannya adalah: Berapa LSL yang mempunyai pasangan perempuan atau istri?
LSL yang punya istri secara empiris bukan termasuk laki-laki gay dengan homoseksual sebagai orientasi seksual. Mereka adalah laki-laki heteroseksual yang mempunyai istri dengan, tapi perilaku seksualnya LSL. Ini fakta!
Disebutkan pula: Ismid menekankan pentingnya skrining untuk mengetahui kondisi sebenarnya di masyarakat. "Kalau di Samarinda terlihat banyak, itu karena kita aktif melakukan skrining sehingga datanya terlapor. Itu sebabnya HIV dimasukkan dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) agar semua daerah wajib menanganinya," tambahnya.
Banyak kasus HIV/AIDS terdeteksi karena banyak warga, terutama laki-laki dewasa beristri, yang tertular HIV/AIDS karena melakukan perilaku seksual berisiko di wilayah Kaltim, di luar Kaltim atau di luar negeri.
Selain itu perlu diingat bahwa jumlah kasus yang terdeteksi, di Samarinda disebut 225 sampai pertengahan tahun 2025. Dalam Laporan Eksekutif Perkembangan HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual (PIMS) Triwulan I Tahun 2025 (Kemenkes) jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di Kaltim pada priode 2010-Maret 2025 sebanyak 16.560 yang terdiri atas:
- HIV: 13.392
- AIDS: 3.168
Jumlah kasus HIV dan AIDS yang dilaporkan tidak menggambarkan jumlah kasus yang sebenarnya di masyarakat karena epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es.
Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan atau terdeteksi digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus HIV/AIDS yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut (Lihat Gambar).