Mohon tunggu...
Syaiful  W HARAHAP
Syaiful W HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger

Pemerthati berita HIV/AIDS sbg media watch

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Penutupan Warung Remang-remang di Ponorogo Tidak Menyelesaikan Masalah Penyebaran HIV/AIDS

7 Mei 2025   06:26 Diperbarui: 7 Mei 2025   06:26 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: zeenews.india.com)

Disebutkan dalam artikel: Temuan ini sontak membuat warga dan aparat bertindak cepat dengan menutup belasan warung yang diduga menjadi tempat praktik prostitusi. Penutupan tersebut mulai diberlakukan pada 5 Mei 2025, dengan harapan mencegah penyebaran lebih luas dan menjaga ketertiban serta kesehatan masyarakat.

Matriks: Penyebaran HIV/AIDS dari Laki-lak ke 13 Pekerja Warung Remang-remang di Ponorogo, Jatim
Matriks: Penyebaran HIV/AIDS dari Laki-lak ke 13 Pekerja Warung Remang-remang di Ponorogo, Jatim

Maaf, andaikan 13 pekerja warung remang-remang yang HIV-positif itu dikarantina dan semua warung remang-remang ditutup tidak menyelesaikan masalah karena:

Ada belasan bahkan bisa puluhan atau ratusan laki-laki, warga setempat atau pendatang, pengidap HIV/AIDS yang menularkan HIV/AIDS kepada 13 pekerja warung remang-remang yang jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah. Bagi yang punya istri ditularkan ke istri, selingkuhan atau PSK. Sedangkan yang tidak punya istri menularkannya kepada pacar, selingkuhan atau PSK.

Ada ratusan bahkan ribuan warga setempat atau pendatang yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan 13 pekerja warung remang-remang pengidap HIV/AIDS yang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS.

Tanpa ada warung remang-remang sekalipun praktek perzinaan tetap bisa terjadi apalagi sekarang lokalisasi pelacuran sudah pindah ke media sosial dengan transaksi melalui Ponsel.

Maka, penutupan warung remang-remang itu sama sekali tidak bisa mencegah insiden infeksi HIV baru, terutama pada laki-laki dewasa, karena adalah hal yang mustahil mengawasi perilaku seksual berisiko tinggi tertular HIV/AIDS orang per orang.

Disebutkan dalam artikel: Salah satu poster mencolok yang terpasang di depan warung berbunyi: "Stop Prostitusi -- Sayangi Dirimu, Sayangi Keluargamu! Terhadap Bahaya Penyakit HIV AIDS."

HIV bukan penyakit tapi virus (Human Immunodeficiency Virus) yang infeksinya terjadi pada darah orang yang tertular, sedangkan AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome -- cacat kekebalan tubuh dapatan) adalah kondisi seseorang yang tertular HIV secara statistik terjadi antara 5-15 tahun setelah tertular jika tidak menjalani ART (antiretroviral theraphy). (Lihat gambar).

Matriks: Tertular HIV, masa jendela, dan masa AIDS. (Foto: Dok/AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap)
Matriks: Tertular HIV, masa jendela, dan masa AIDS. (Foto: Dok/AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap)

Tidak ada kaitan langsung antara prostitusi dengan penularan HIV/AIDS karena secara empiris berpijak pada fakta medis penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bisa terjadi di dalam dan di luar nikah jika salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan suami atau laki-laki tidak memakai kondom setiap kali melakukan hubungan seksual penetrasi (vaginal atau anal). Ini fakta!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun