"Sakali aia gadang, sakali tapian barubah."
(Setiap ada perubahan besar, pola hidup juga harus menyesuaikan)
Songket Pandai Sikek adalah contoh hidup bahwa tradisi dapat bertransformasi tanpa kehilangan akar, bahkan ketika melangkah ke pasar ekspor global.
Ekspor Tak Selalu Soal Skala, Tapi Soal Nilai
Banyak yang mengira ekspor berarti harus besar, pabrik, dan masif. Padahal dunia kini lebih menghargai produk kecil dengan cerita besar. Konsumen global mencari produk yang unik, ramah lingkungan, dan punya keterhubungan sosial.
Inilah kekuatan produk desa: mereka membawa cerita, filosofi, dan relasi manusia yang tak bisa dibuat pabrik. Sehelai tenun, sebatang keris, atau sekotak rendang---jika dikemas dan diposisikan dengan benar---bisa menjadi produk ekspor dengan nilai jauh melampaui harga.
Dalam riset saya tentang "Localized Value Chains in the Creative Economy" (2022), saya menemukan bahwa UMKM dengan pendekatan naratif dan kolaborasi lintas sektor mampu menaikkan nilai jual produk hingga 400% dibandingkan bentuk mentahnya.
Kesimpulan: Jalan Panjang yang Layak Diperjuangkan
Ekspor berbasis produk lokal bukan mimpi muluk. Tapi ia bukan juga jalan pintas. Ia butuh kemauan, pendampingan, dan keberanian untuk bertransformasi.
Dengan dukungan kebijakan yang tepat, keterlibatan swasta, dan semangat komunitas, desa-desa di Indonesia tidak hanya bisa bertahan---mereka bisa bersinar di pasar global.
Karena pada akhirnya, identitas adalah keunggulan. Dan produk yang berakar dari budaya, tak hanya laku---ia menginspirasi dunia.
Sudah punya songket?Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI