Seperti kata Sandiaga Uno, Menteri Parekraf:
"Tantangan UMKM kita bukan pada kreativitas, tapi pada keberanian untuk melangkah dan kesiapan ekosistem untuk mendukung."
Cerita dari Lapangan: Ketika Produk Lokal Jadi Bintang Global
Dari Flores, seorang pengrajin tenun bernama Yohana berhasil menjual produknya ke Jepang. Berkat pelatihan dan bimbingan dari Dekranasda dan LPEI, ia kini memiliki merek sendiri yang dikenal di komunitas pecinta tekstil etnik di Tokyo.
Di Kalimantan Barat, kopi Liberika dari desa-desa di Sambas---yang dulu hanya dinikmati lokal---sekarang masuk ke specialty caf di Australia. Kunci keberhasilannya? Sertifikasi, storytelling yang kuat, dan pengemasan modern.
Songket Pandai Sikek: Benang Emas Menembus Pasar Global
Di lereng Gunung Singgalang, tepatnya di Nagari Pandai Sikek, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, suara alat tenun tradisional masih terdengar dari rumah-rumah gadang. Di sinilah songket Pandai Sikek---warisan budaya Minangkabau yang bernilai tinggi---dihasilkan secara turun-temurun.
Dulu, kain songket ini hanya dipakai dalam upacara adat. Tapi kini, berkat pendampingan dari Dekranasda Sumbar dan pelatihan ekspor dari LPEI, para penenun mulai menjual karya mereka ke pasar luar negeri. Salah satunya adalah Uni Murni, penenun lokal yang semula hanya menjual songketnya di pasar tradisional, namun kini rutin mengirim produk ke Jepang dan Malaysia.
Keberhasilan Uni tak datang tiba-tiba. Ia mengikuti pelatihan digital marketing, belajar soal pengemasan, dan memahami pentingnya cerita di balik motif---bahwa songket bukan sekadar kain, tapi simbol status, filosofi, dan jati diri Minangkabau.
Kini, songket Pandai Sikek hadir dalam bentuk yang lebih modern: clutch, jaket, dompet, hingga panel interior butik hotel. Semua tanpa menghilangkan esensi motif asli.
Sebagaimana pepatah Minangkabau mengingatkan: