Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membaca Ulang Proklamasi : Makna yang Terkubur dalam Kata-Kata Soekarno

11 Agustus 2025   11:46 Diperbarui: 11 Agustus 2025   11:46 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nada Sukarno: Dari Guntur ke Tenang

Yang juga menarik adalah cara Sukarno membacakan Proklamasi. Tidak dengan retorika membahana seperti dalam pidato 1 Juni. Suaranya tenang, nyaris datar. Tapi justru di situlah kekuatannya. Dalam pragmatik, ini disebut ilokusi kuat: ketegasan tanpa kebisingan.

Sukarno tahu: saat itu, rakyat tidak membutuhkan agitasi. Mereka butuh pengesahan. Dan itu diberikannya, tidak dengan teriakan, tapi dengan keteguhan dalam suara yang tak tergesa.

Refleksi Hari Ini: Apakah Kita Masih "Bangsa Indonesia"?

Delapan dekade setelah Proklamasi, teks ini tetap hidup --- atau setidaknya, seharusnya tetap hidup.

Tapi mari bertanya jujur: apakah kita masih "bangsa Indonesia" yang menyatakan kemerdekaan secara kolektif? Ataukah kita telah menjadi entitas yang tercerai oleh polarisasi, ego sektoral, dan identitas sempit?

Apakah kita masih menyelenggarakan pemindahan kekuasaan "dengan cara seksama"? Atau justru kita merayakan kekuasaan tanpa keseksamaan dan tanpa etika?

Teks Proklamasi, dalam kesederhanaannya, adalah cermin. Ia tidak menggurui. Ia hanya diam. Tapi dalam diamnya, ia bertanya.

Dari Kata, Lahir Republik

Sebagai pengkaji bahasa, saya percaya: Republik ini lahir dari kalimat. Dan kalimat itu tidak boleh menjadi artefak mati. Ia harus terus dibaca, ditafsir, bahkan dikritisi---agar maknanya tidak membeku menjadi slogan.

Di usia saya, saya semakin yakin: bahasa bukan hanya alat untuk menyampaikan dunia. Ia adalah alat untuk menciptakan dunia. Dan Sukarno, pada pagi 17 Agustus 1945, menciptakan dunia itu --- dengan 46 kata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun