Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

KPR : Pintar atau Jebakan.

13 Juli 2025   12:35 Diperbarui: 13 Juli 2025   12:35 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Senin pagi. Dhea, karyawan swasta berusia 29 tahun, baru saja selesai mengikuti webinar tentang "tips beli rumah pertama". Di akhir sesi, pembicara---seorang influencer properti---mengatakan dengan penuh semangat: "Lebih baik cicil rumah sekarang daripada ngontrak terus, karena harga rumah nggak akan pernah turun!"

Dhea pun mulai membuka situs-situs perumahan. Tipe 36, 10 tahun cicilan, DP bisa dicicil, bunga fix lima tahun, lalu floating. Brosur digital penuh warna tampil menjanjikan: taman bermain, CCTV 24 jam, dekat tol. Tapi saat membuka simulasi cicilan, ia terdiam. Untuk rumah senilai Rp700 juta, cicilan bulanan bisa menyentuh Rp6--7 juta per bulan, belum termasuk biaya asuransi, pajak, dan maintenance.

Ia bertanya dalam hati: KPR ini cerdas... atau jebakan manis?

Rumah: Aset Emosional atau Finansial?

Di Indonesia, rumah bukan hanya tempat tinggal. Ia simbol kemapanan, lambang keberhasilan sosial, bahkan tiket "naik kelas". Dalam budaya kita, punya rumah sendiri dianggap wajib, bahkan kadang lebih penting dari stabilitas keuangan.

Tapi secara ekonomi murni, rumah adalah aset dengan dua wajah: bisa menjadi investasi, atau bisa menjadi beban.

Bila lokasi rumah strategis, nilainya bisa naik signifikan. Tapi jika letaknya di pinggiran kota tanpa infrastruktur matang, pertumbuhannya stagnan bahkan bisa tergerus inflasi. Dan yang sering dilupakan: rumah adalah aset non-liquid---tidak mudah dijual cepat tanpa potongan nilai.

Skema KPR: Membeli dengan Uang Masa Depan

KPR (Kredit Pemilikan Rumah) adalah cara umum memiliki rumah dengan cara mencicil---biasanya 10 sampai 25 tahun. Anda hanya membayar uang muka (DP), lalu mencicil sisa harga rumah plus bunga bank.

Di permukaan, terlihat ringan. Tapi secara struktural, Anda sebenarnya membeli rumah dengan uang masa depan---penghasilan yang belum Anda miliki.

Dan di sinilah jebakan itu bisa muncul: Anda menukar kebebasan finansial 20 tahun ke depan demi "kepemilikan" hari ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun