Mohon tunggu...
Syaifuddin Sayuti
Syaifuddin Sayuti Mohon Tunggu... Dosen - blogger, Kelas Blogger, traveller, dosen.

email : udin.sayuti@gmail.com twitter : @syaifuddin1969 IG: @syaifuddin1969 dan @liburandihotel FB: https://www.facebook.com/?q=#/udinsayuti69 Personal blog : http://syaifuddin.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

[Review] Kisah Seorang Ibu Macan

8 Januari 2015   06:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:34 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul Buku : I am a Tiger Mom : Petualangan Seru Mengasuh 4 Balita di Negeri Paman Sam

Pengarang : Eva Mazrieva

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2014

Tebal : 236 hal

Membaca buku "I am a Tiger Mom: Petualangan Seru Mengasuh 4 Balita di Negeri Paman Sam" saya seperti dibawa dan ikut berpetualang merasakan naik turunnya kisah kehidupan keluarga penulisnya, Eva Mazrieva, suami dan keempat anaknya (Aditya, Aisya, Artha, dan Adinda).

Buku ini bercerita tentang pengalaman Eva Mazrieva dan sang suami Haryo Dewanto membesarkan ke-4 anak mereka yang masih berusia balita. Awalnya mungkin kita akan mengira tak ada yang menarik dari kisah parenting semacam ini. Toh di luaran banyak keluarga yang membesarkan anak kembar yang jumlahnya lebih dari itu.

Memang dari segi jumlah, kisah 3 anak kembar plus satu putri mungkin tak istimewa. Saya pernah meliput kehidupan sebuah keluarga dengan 4 anak kembar hasil bayi tabung. Tapi lokasi kejadian ada di Jakarta. Mereka hidup normal karena berada di ibukota, dekat dengan keluarga besar yang selalu siap dimintai pertolongan saat dibutuhkan.

Tapi yang dialami Eva berbeda. Karena pekerjaan Eva sebagai jurnalis Voice of America (VOA) membuat ia dan keluarga mesti hijrah ke Washington Amerika Serikat. Mereka tiba di Amerika medio 2010 saat keempat anaknya masih berusia balita. Si kembar tiga baru berusia 4,5 tahun. Sementara si bungsu berusia 2,5 tahun. Pindah ke negeri paman sam bagi keluarga ini tak mudah. Bahkan banyak teman dan keluarga yang meragukan apakah mereka akan bisa survive di negara yang memiliki perbedaan budaya, cuaca, kebiasaan dan adat istiadat.

Namun Eva berhasil menguatkan orang-orang terdekatnya bahwa keputusan untuk migrasi ke Amerika Serikat sudah dipikirkan matang-matang. Mereka sudah siap menanggung segala resiko seperti jauh dari keluarga besar yang membuat pengasuhan anak harus dilakukan secara gotong-royong dengan sang suami.

Karena hanya Eva sendiri yang bekerja, mereka juga siap menjalankan kehidupan yang tak biasa, membiayai kehidupan sehari-hari dari satu sumber pendapatannya sebagai PNS di Amerika. Sementara sang suami yang semula juga jurnalis di sebuah stasiun TV Indonesia memutuskan sebagai full time father, mengasuh dan mendamipingi anak-anak.

Keputusan sang suami menjadi bapak sepanjang waktu ini juga sebuah keputusan yang tak biasa bagi kultur Indonesia. Tapi pasangan ini tak peduli apa kata orang. Toh pengasuhan tak sepenuhnya jadi urusan sang bapak, karena di sela-sela pekerjaannya sebagai jurnalis Eva tetap ikut berperan dalam pengasuhan anak-anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun