Siami dihujat dan diusir warga dan wali murid lantaran melaporkan kasus mencontek massal saat ujian nasional SD, Mei silam. Anaknya, Alif, adalah murid pintar di sekolahnya dan mewarisi integritas dirinya. Namun, di negeri ini kombinasi keduanya ternyata tak melulu berkah, kadang justru mendatangkan musibah. Buktinya, ia diperintah gurunya memberikan contekan kepada teman-temannya saat ujian nasional. Perintah itu telah membuatnya gelisah, yang ia ceritakan kepada Siami, ibunya.
Siami tentu terkejut. Ia tak pernah membayangkan nilai dan prinsip kejujuran yang ditanamkan kepada anaknya—agar menghargai kerja keras dan kemampuan sendiri—justru membentur institusi pendidikan yang diharapkan akan memperkokohnya.
Siami kemudian melaporkan kepada kepala sekolah dan komite sekolah tentang tragedi ini. Di luar dugaan, ia tak mendapatkan tanggapan yang memadai. Akhirnya ia menempuh jalan sendiri. Ia melapor ke dinas pendidikan, kemudian ditindaklanjuti penyelidikan oleh anggota DPRD setempat. Hasilnya, kepala sekolah diberhentikan dan dua guru diturunkan pangkatnya.
Atas laporan itu pula, Siami kemudian dihujat dan dicemooh wali murid lain dan warga, yang membuatnya tersingkir dari rumahnya sendiri. Alasannya, ia dianggap memberikan citra buruk bagi prestasi sekolah.
Inilah yang terjadi di masyarakat kita sampai saat ini bahwa ketidak jujuran justru dijadikan kebenaran, dan sebaliknya ketidak jujuran adalah kebenaran. Sungguh perbuatan dan moral yang sudah sangat rusak di negeri ini. Kita sungguh prihatin atas kejujuran tidak dijunjung tinggi dalam kehidupan bermasyarakat, hal inilah yang terjadi pada Siami dan Alif Ahmad Maulana, yang berusaha mengungkap kebenaran dan kejujuran, justru malahan mereka berdua disalahkan atas kebenaran dan kejujurannya... Sungguh naif negeri yang indah ini bila terus terjadi kesalahpahaman atas kebenaran dan kejujuran !!!.
---------------------
Artikel disari dari berbagai sumber media terkait - oleh : Syaifud Adidharta