Mohon tunggu...
Syahwa Aulia Novianti
Syahwa Aulia Novianti Mohon Tunggu... Mahasiswa

NIM : 43225010045 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PRODI AKUNTANSI (S1) UNIVERSITAS MERCU BUANA Prof.Apollo

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Diskursus 5 Tokoh Pentingnya Berpikir Positif Tentang Kehidupan

17 Oktober 2025   07:16 Diperbarui: 17 Oktober 2025   07:46 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sensasi: Didefinisikan secara akurat sebagai reaksi awal, spontan, dan netral dari tubuh terhadap rangsangan luar (misalnya, kaget, panas). Ini diakui sebagai proses biologis yang tidak dapat dihindari.
Emosi: Didefinisikan secara kritis sebagai reaksi psikologis yang muncul setelah kita menilai sensasi tersebut secara mental. Ini menekankan bahwa emosi adalah hasil dari penilaian (judgment) yang kita berikan, bukan sensasi itu sendiri.
teks ini sangat instruktif dan mendalam. Pemahaman ini adalah kunci bagi pengendalian diri Stoik, karena dengan membedakan sensasi dari emosi, seseorang dapat belajar untuk mengendalikan penilaian dan, akibatnya, mengendalikan respons emosional mereka.

https://sg.docworkspace.com/d/sIOf14ffIAqPcxMcG?sa=601.1037
https://sg.docworkspace.com/d/sIOf14ffIAqPcxMcG?sa=601.1037

Teks ini memperkenalkan istilah kunci seperti Aisthesis (Sensasi), Pathos (Emosi/Penderitaan), ataraxia (ketenangan batin), dan prosoches (kesadaran rasional), yang memperluas wawasan akademis mengenai konsep tersebut. Poin-poin yang menjelaskan keuntungan dari membedakan keduanya (seperti, menghindari reaksi impulsif dan mencapai ataraxia/ketenangan batin) menunjukkan tujuan akhir dari latihan mental ini. Ini mengajarkan bahwa pengendalian diri membawa kepada kebebasan mental.
Sebuah panduan terstruktur dan praktis yang sangat mendetail untuk mengimplementasikan pembagian Sensasi-Emosi dalam kehidupan sehari-hari, mengajarkan pembaca untuk menjadi penguasa pikiran dan tindakan mereka sendiri, alih-alih terjebak dalam emosi.

https://sg.docworkspace.com/d/sIOf14ffIAqPcxMcG?sa=601.1037
https://sg.docworkspace.com/d/sIOf14ffIAqPcxMcG?sa=601.1037

Teks ini dengan tepat merangkum pokok utama dari ajaran Epictetus: bahwa penderitaan serta kebahagiaan bukan ditentukan oleh situasi eksternal, melainkan oleh penilaian kita terhadap keadaan tersebut. Kesimpulan mengenai kebahagiaan sejati yang dicapai melalui perhatian pada hal-hal yang dapat kita kendalikan dan menerima dengan lapang dada hal-hal yang tidak bisa kita ubah adalah ringkasan yang ideal dan praktis. Teks ini berfungsi sebagai pengantar yang sangat baik, menangkap intisari filosofi Epictetus dan signifikansi ajarannya untuk kebebasan jiwa serta pengendalian diri saat menghadapi berbagai tantangan kehidupan.

https://sg.docworkspace.com/d/sIOf14ffIAqPcxMcG?sa=601.1037
https://sg.docworkspace.com/d/sIOf14ffIAqPcxMcG?sa=601.1037

Kutipan penting, "Bukan apa yang terjadi padamu, tetapi bagaimana kau bereaksi terhadapnya yang menjadi perhatian," adalah inti dari Stoikisme. Teks ini dengan akurat mengenali pernyataan tersebut sebagai ajaran mengenai pengendalian diri dan kebebasan batin. Pesan yang disampaikan sangat jelas: penderitaan tidak timbul dari situasi eksternal, melainkan dari pandangan negatif kita sendiri terhadap situasi tersebut. Teks ini berfungsi sebagai dorongan instan bagi pembaca untuk menyadari bahwa mereka memiliki kekuatan di dalam diri untuk menentukan pengalaman hidup mereka. Ini mengalihkan fokus dari upaya mengendalikan dunia luar menuju mencari kendali atas diri pribadi.

https://sg.docworkspace.com/d/sIOf14ffIAqPcxMcG?sa=601.1037
https://sg.docworkspace.com/d/sIOf14ffIAqPcxMcG?sa=601.1037

Penggunaan format Reaksi Umum (tanpa Stoikisme) dibandingkan dengan Reaksi Stoik (menurut Epictetus) terbukti sangat berguna. Ini secara jelas menggarisbawahi perbedaan penting antara respon yang didorong emosi (seperti kekecewaan, rasa iri, menyalahkan) dan reaksi yang lebih rasional yang berfokus pada pengendalian diri (seperti berpikir positif dan memperbaiki diri). Kutipan dari Epictetus, "Tidak ada manusia yang benar-benar bebas kecuali ia menguasai dirinya sendiri," menjadi puncak yang sangat tepat. Pernyataan ini menjelaskan bahwa kebebasan sejati bukan diartikan sebagai kebebasan dari batasan eksternal, melainkan sebagai pembebasan dari belenggu emosi internal. Walaupun ada sedikit pengulangan di bagian Kasus dan Kesimpulan di tengah dan akhir teks, pengulangan ini berfungsi untuk menegaskan pesan inti dan memastikan pemahaman yang mendalam tentang dikotomi kendali (yaitu memisahkan antara apa yang dapat dan tidak dapat dikendalikan) tertanam dengan baik dalam pikiran pembaca.

https://sg.docworkspace.com/d/sIOf14ffIAqPcxMcG?sa=601.1037
https://sg.docworkspace.com/d/sIOf14ffIAqPcxMcG?sa=601.1037

Teks ini dengan berhasil mengoreksi pemahaman yang keliru yang umum beredar tentang The Will to Power dengan menyoroti bahwa konsep ini tidak sekadar keinginan untuk memperoleh kekuasaan dalam ranah politik atau fisik. Sebaliknya, ini adalah naluri fundamental kehidupan untuk tumbuh, mencipta, dan menegaskan keberadaan diri. Ini merupakan penjelasan yang tepat dari sudut pandang filosofis. Uraian tentang The Will to Power sebagai suatu energi konstruktif, sumber inovasi, dan kebebasan sangatlah memuaskan dan memberikan perbedaan yang tajam terhadap pemahaman yang lebih dangkal. Secara keseluruhan, teks ini merupakan rangkuman yang sangat ringkas dan memberikan pencerahan tentang dua pilar pemikiran Nietzsche, yang mengajak pembaca untuk memperhatikan kekuatan internal (Will to Power) dan selanjutnya menerima seluruh kenyataan hidup (Ja Sagen) tanpa menghakimi atau menolaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun