Mohon tunggu...
Syahrul Ramadhan
Syahrul Ramadhan Mohon Tunggu... Guru - Orang biasa

pikirkan dan goreskan dengan tinta pena

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bahasa Prokem dan Pengaruh terhadap Pendidikan Remaja Cibanteng

30 Juli 2022   02:36 Diperbarui: 30 Juli 2022   02:43 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

ARTIKEL BAHASA PROKEM DAN PENGARUH TERHADAP PENDIDIKAN REMAJA CIBANTENG

                                Syahrul Ramadhan
 
Abstrak : penelitian ini dilakukan untuk menganalisis secara singkat maraknya di era sekarang tentang berbagai macam bahasa baru yang keluar dari mulut anak-anak tongkrongan  yang penulis tuangkan dalam sebuah karya ilmiah. Penulis melakukan observasi langsung serta mengambil beberapa sampel dan wawancara dari anak-anak di lingkungan Jalan pabuaran Kaum Rt. 03 Rw. 02

Kata Kunci : pengaruh bahasa prokem dalam tongkrongan anak remaja cibanteng

Abstract: This study was conducted to briefly analyze the prevalence in today's era of various kinds of new languages that come out of the mouths of tongkrongan children that the author puts into a scientific paper. The author made direct observations and took several samples and interviews from children in the Jalan Pabuaran Kaum Rt. 03 Rw. 02

Key word : the influence of prokem language in adolescent hangouts cibanteng


A. Pendahuluan

Bahasa prokem merupakan bahasa yang sering digunakan oleh kalangan remaja atau komunitas oleh kalangan remaja atau komunitas tertentu sebagai sarana komunikasi antar sesamanya. 

Pada mulanya,bahasa prokem sering disebut sebagai bahasa gaul atau bahasa sandi yang bertujuan untuk menyampaikan hal-hal yang sifatnya privasi agar orang lain tidak mengetahui apa yang sedang mereka bicarakan. 

Devianty (2017: 227) mengungkapkan bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. 

Pengertian bahasa itu meliputi dua bidang. Pertama, bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan arti atau makna  yang tersirat dalam  arus bunyi itu  sendiri. Bunyi itu  merupakan getaran yang  merangsang  alat  pendengaran  kita.  Kedua,  arti  dan  makna,  yaitu  isi  yang terkandung di dalam  arus  bunyi yang  menyebabkan adanya reaksi  terhadap hal  yang kita dengar.  

Beragamnya  bahasa  turut  menambah  variasi  dalam  berbahasa,  variasi  bahasa sendiri memiliki dua sudut pandang, sebagaimana yang dikemukakan Chaer & Agustina (2004:61), 

Bahasa prokem berkembang sesuai dengan latar belakang sosial budaya pemakainya. Bahasa prokem diciptakan oleh sekelompok remaja dalam kesehariannya. 

Bahasa prokem merupakan salah satu bentuk menyimpang dari bahasa indonesia sebagai bahasa dalam pergaulan anak-anak remaja. 

Istilah ini muncul pada akhir tahun 1980-an. Pada saat itu, ia dikenal sebagai "bahasanya para anak jalanan" karena arti kata prokem dalam pergaulan adalah preman yang mendapat sisipan OK menjadi prokeman lalu mengalami apokope yaitu lenyapnya bunyi akhir sehingga menjadi prokem. 

Harman dan Stork (1972) mengemukakan sebagai satu ujaran yang dicirikan dengan kosa-kata yang baru ditemukan dan cepat berubah. dipakai kawula muda atau kelompok-kelompok sosial dan profesional untuk berkomunikasi didalam kelompoknya. 

Disandingkan dengan marak nya anak-anak pinggir jalan yang menongkrong dengan membawa rokok dan gadget di tangannya yang membuat pandangan khalayak ramai selalu berpikir negatif maka dari itu penullis melakukan penelitian dan observasi daerah yang biasanya dipakai nongkrong anak remaja.

B. Metode Penelitian

Dengan menggunakan metode kualitatif dan observasi kebeberapa sampel yaitu tongkrongan anak remaja daerah kampung pabuaran kaum. Sehingga data yang dihasilkan lebih valid dan untuk mengamati secara langsung kejadian yang terjadi di lapangan. 

Juga tak luput wawancara terhadap beberapa remaja yang sedang nongkrong bersama kawan sebaya nya. Dilaksanakan pada tanggal 1 Februari 2022. Berlokasi di kampung pabuaran kaum Rt 03. Rw. 02 . Peneliti melakukan wawancara, mengambil sebagai dekumentasi serta lampiran untuk laporan.

Jenis dan sumber data :


NO
PERTANYAAN
JAWABAN

1. Apa yang melatar belakangi saudara suka sekali menongkrong?

Nambah teman. Seru karena bisa saling sharing. Menguatkan solidaritas

2. Ketika saudara berkumpul dan berkerumun apakah tidak menimbulkan geng ataupun kelompok yang menimbulkan pertikaian?

Hal yang seperti itu kembali kepada individu masing-masing

Ada yang kumpul membahas hal yang positif ada juga yang sebaliknya

3. Berkumpul dan berkerumun pastinya ada beberapa bahasa yang sering menjadi bahasa yang saudara dan kawan saudara pakai boleh beritahu salah  satunya?

Banyak. Misalnya kalo anjing itu kan kasar kita suka pakai anjay,anjir,anjass
Banyak sih tapi yang sering kita denger salah satunya begitu

Data primer

Wawancara adalah kegiatan tanya jawab secara lisan untuk memperoleh informasi. Peneliti melakukan wawancara dengan sekelompok anak remaja yang sedang nongkrong di kampung pabuaran kaum Rt  03.  Rw. 02

Adapun beberapa teks wawancara dengan sekelompok remaja

jembatan  komunikasi  antar  generasi  milenial  yang  tidak  ingin  memberi  jarak  atau batasan  berbahasa saat  berkumpul  dengan  kawan-kawannya.  Berdasarkan  hasil wawancara dan dokumentasi maka dalam penelitian ini ditemukan, kosakata dari bahasa gaul  atau  bahasa  prokem  yang  digunakan  dalam  percakapan  sehari-hari  generasi milenial di media sosial, sebagai berikut:

1.Coba kuy.
2.Cuma bercanda, jangan baperlah.
3.Sial, komuk gua jelek banget!
4.Mumpung murah, takislah!
5.Dasar bucin!
6.Sans/santuy/woles, masih lama waktunya.
7.Gua sabi minggu ini.
8.Jangan kebanyakan gaya, nanti dapat omelan kicep lu!
9.Jangan caper di depan orang baru.
10. Permisi, gan/slur.
11. Anjay.
12. Mabar game onlinelah.
13. Nobar liga champion.
14. Gacu/garing banget candaan lu.
15. Manjiw!
16. Mantul, bang!
17. 'Fans' garis Kerad!
18. PAP dong.
19. OTW!
20. PHP ah!
21. GWS ya?
22. CMIIW ya?
23. Salfok/Gafok (Galfok) gua.

C. hasil Pembahasan

Bahasa  gaul  memiliki  cirinya sendiri, sebagaimana yang diungkapkan oleh Yana, dkk. (2018:1), bahwa bahasa gaul memiliki ciri khusus, singkat, dan juga kreatif dari beberapa data yang ada bahwasanya di era sekarang anak remaja lebih suka apapun dilakukan secara bersama semisal membicarakan suatu topik ataupun membahas yang bersifat hasil untuk bersama. 

Dan untuk tempatnya itu sendiri lebih kearah kelas perekonomian masing-masing ada yang kelas menengah keatas biasanya di cafe atau tempat yang mereka biasa sebut angkringan dan untuk kelas menengah kebawah cukup di pinggir jalan ataupun rumah-rumah kosong.

Dalam perkumpulannya itu tidak dipungkiri terdapat bahasa yang menjadi trend menurut mereka yang satu sama lain saling memahami atau memiliki makna husus dan hanya mereka yang mengetahui jelas tentunya hal seperti ini perlu ada peran dari masing-masing pihak,

 seprti orang tua masing-masing juga instansi terkait untuk selalu memberi arahan serta bimbingan banyak cara yang bisa digunakan semisal mengadakan forum diskusi,forum karang taruna Rt setempat ataupun dengan musyawarah. 

Sekali lagi banyaknya kasus tawuran antar remaja yang semuanya sebetulnya dari suatu tongkrongan yang memiliki kubu msaing-masing saling menghina dengan bahasa yang tidak sepatutnya untuk diucapkan seorang remaja. Kembali kepada suatu perkumpulan yang berawal dari bahasa yang hanya mereka pahami satu sama lain dan penggunaannya yang menimbulakan pertikaian antar remaja.

D. Simpulan

Perlunya peran orang tua dan instansi terkait untuk sama-sama memperhatikan serta memperbaiki sikap dan perilaku para remaja untuk menghindari kebiasan buruk dalam bergaul dan berkumpul demi terciptanya remaja yang baik tutur katanya maupun perilakunya dan sebagai bentuk penanggulangan tata bahasa linguistik anak remaja di era sekarang.

Daftar Pustaka

Arwani. Universitas Jambi. Jambi 2021
Chaer, A. & Agustina, L. (2014). Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:  
    PT Rineka  Cipta.
Devianty, R. (2017). Bahasa sebagai Cermin Kebudayaan. Jurnal Tarbiyah, 24(2), 226-245.
Muliawati,  H.  (2017).  Variasi  Bahasa  Gaul  pada  Mahasiswa  Unswagati  Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Tahun 2016. Deiksis: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun