Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guru yang Berhenti Belajar, Pelan-Pelan Hilang

9 Oktober 2025   05:20 Diperbarui: 9 Oktober 2025   10:42 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa belajar di laboratorium komputer. (Dokumentasi Pribadi)

Guru sejati tidak takut terlihat belum tahu. Ia tidak malu bertanya pada rekan yang lebih muda, atau bahkan belajar dari muridnya sendiri. Kadang, yang membuat guru tertinggal bukan kurangnya kemampuan, tapi besarnya gengsi. Padahal, mengakui belum tahu bukanlah kelemahan — justru langkah pertama untuk tumbuh.

Saya juga pernah melihat guru merasa minder saat muridnya lebih cepat memahami teknologi. Padahal, murid yang belajar cepat bukan ancaman, tapi peluang. Pernah suatu kali, seorang murid membantu gurunya membuat presentasi digital. Alih-alih merasa tersaingi, sang guru justru memintanya berbagi di depan kelas. Hasilnya, kelas menjadi lebih hidup, dan hubungan mereka semakin dekat.

Di era digital ini, peran guru memang bergeser. Guru bukan lagi satu-satunya sumber ilmu, tapi penunjuk arah. Murid bisa mendapatkan informasi dari mana saja, tapi hanya guru yang bisa menuntun mereka untuk memahami mana yang benar, mana yang bermanfaat, dan mana yang harus dihindari. Itulah seni menjadi guru: tidak hanya mengajar, tapi membimbing.

Sebagai kepala sekolah di daerah, saya sering mendorong rekan-rekan guru untuk terus belajar — meskipun fasilitas terbatas. Kadang kami harus berbagi jaringan wifi dari satu ponsel, atau mengunduh materi pelatihan di rumah masing-masing agar bisa dibahas bersama keesokan harinya. Tapi semangat itu yang membuat kami bertahan. Kami percaya, belajar bukan tentang tempat, tapi tentang niat.

Guru yang berhenti belajar akan cepat kehilangan cahaya. Tapi guru yang terus belajar akan selalu bersinar, meski di tempat yang jauh dari pusat kota. Dunia boleh berubah, teknologi boleh melesat, tapi semangat belajar akan selalu menjadi kompas yang membuat guru tetap bermakna.

Sering kali, saya mengingatkan diri sendiri: murid bukan menuntut kesempurnaan dari kita, mereka hanya ingin melihat contoh nyata dari semangat belajar yang kita ajarkan. Karena bagaimana mungkin murid mau belajar, kalau gurunya sendiri sudah berhenti?

Saya teringat kalimat seorang guru senior yang bijak, “Ilmu itu seperti air, hanya mengalir ke tempat yang rendah.” Artinya, hanya hati yang rendah yang mau menerima ilmu baru. Ketika guru merasa sudah cukup tahu, saat itulah ia sebenarnya mulai kehilangan makna.

Menjadi guru di daerah memang punya tantangan tersendiri. Akses terbatas, fasilitas sederhana, dan perubahan kadang terasa terlalu cepat untuk dikejar. Tapi justru di situlah indahnya profesi ini — karena setiap keterbatasan adalah peluang untuk berkreasi. Dan selama kita masih mau belajar, kita tidak pernah benar-benar tertinggal.

Guru yang terus belajar bukan hanya menambah pengetahuan, tapi juga memperluas empati. Ia bisa memahami murid-murid dari berbagai latar, bisa menyesuaikan diri tanpa kehilangan jati diri. Di situlah letak kemuliaan seorang guru sejati.

Akhirnya, saya percaya satu hal: guru yang tak mau belajar memang akan kalah oleh muridnya sendiri — tapi guru yang terus belajar, akan selalu menjadi cahaya yang menuntun mereka, bahkan di tempat paling jauh sekalipun. Karena sejatinya, belajar bukan tugas murid, tapi napas kehidupan seorang guru.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun