Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Rahasia Guru Bertahan Bukan Soal Gaji

7 Oktober 2025   15:47 Diperbarui: 7 Oktober 2025   20:31 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru sedang mengajar di dalam kelas. Sumber foto: dokumen pribadi 

Guru bisa memberi masukan tanpa takut, dan kepala sekolah bisa memberi koreksi tanpa merendahkan. Saya suka menggunakan kalimat seperti, "Mungkin ke depan bisa dicoba cara ini ya, Bu," karena kalimat itu memberi ruang tumbuh, bukan tekanan.

Yang juga tak kalah penting adalah kepercayaan. Saat saya masih guru honorer dulu, kepala sekolah pernah memberi saya tanggung jawab memimpin lomba antar-kelas.

Saya sempat ragu karena merasa belum berpengalaman. Tapi beliau hanya berkata, "Saya percaya kamu bisa." Kalimat itu menempel sampai hari ini. Dan mungkin, itulah awal dari keberanian saya untuk terus melangkah di dunia pendidikan.

Ketika saya menjadi kepala sekolah, saya berusaha melakukan hal yang sama: memberi kepercayaan kepada guru-guru muda untuk memimpin program, mempresentasikan ide, atau mencoba metode baru.

Kadang mereka gugup, tapi dengan kepercayaan datang tanggung jawab dan kebanggaan. Sekolah pun tumbuh, bukan karena satu orang hebat di puncak, tapi karena banyak orang yang diberdayakan.

Saya juga belajar satu hal penting dari kepala sekolah saya dulu: jangan takut minta maaf. Saya masih ingat ketika beliau berkata, "Maaf, ini memang kelalaian saya." Tak ada rasa malu, justru kami semakin menghormatinya. Kejujuran dan kerendahan hati seperti itu menjadi cermin kepemimpinan yang sejati.

Dua puluh tahun berlalu sejak hari ketika saya ditanya, "Sudah sempat makan?" Tapi makna kalimat itu masih sama kuatnya hingga kini. Guru bertahan bukan karena gaji besar atau fasilitas mewah, tapi karena merasa dihargai dan diperlakukan manusiawi. Setiap kata dari kepala sekolah membentuk suasana sekolah: apakah jadi tempat yang menekan, atau tempat yang menumbuhkan.

Kata-kata, ternyata, bisa lebih kuat dari insentif. Mereka bisa membangun rasa percaya, menghidupkan semangat, dan mengikat hati. Di tengah dunia pendidikan yang makin kompleks, komunikasi yang humanis bukan lagi kemewahan---ia kebutuhan.

Karena di balik setiap kata yang hangat, ada pesan yang jauh lebih dalam: "Saya peduli." Dan kadang, kepedulian itulah alasan seorang guru memilih untuk tetap bertahan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun