Hari #16: Menjemput Berkah di Setiap Malam
Matahari telah tenggelam, meninggalkan semburat jingga di langit Maghrib. Suara azan menggema, memanggil kaum muslimin untuk menunaikan shalat. Maulana duduk di beranda rumah setelah berbuka puasa, merasakan semilir angin yang membawa aroma tanah basah. Hari ini cukup melelahkan. Pekerjaan yang menumpuk dan kurangnya tidur membuat tubuhnya terasa berat.
Ponselnya bergetar, menampilkan pesan dari Ridwan.
"Assalamu'alaikum, Mau. Bagaimana tadarus online tadi? Maaf aku tidak bisa bergabung karena ada rapat mendadak. Insya Allah besok kita ikut bersama."
Maulana tersenyum kecil lalu membalas.
"Wa'alaikumsalam, Rid. Alhamdulillah, sangat bermanfaat. Ustadz Ali benar-benar menginspirasi. Besok kita ikut lagi, ya."
Ia meletakkan ponselnya dan memandang langit yang mulai gelap. Entah kenapa, malam ini ada rasa malas yang menyelinap. Biasanya, ia bersemangat berangkat ke masjid untuk shalat Isya dan Tarawih. Tapi kali ini, pikirannya mulai mencari alasan.
"Malam ke-16, masih jauh dari malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir," gumamnya.
Ia membuka aplikasi Al-Qur'an di ponselnya dan membaca beberapa artikel tentang Lailatul Qadr. Sebagian besar ulama mengatakan malam itu terjadi di sepuluh malam terakhir Ramadhan, khususnya malam-malam ganjil.
"Mungkin aku bisa istirahat malam ini, lalu nanti lebih giat di sepuluh malam terakhir," pikirnya.