Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Islam Moderat dan "Gebrakan" Arab Saudi

14 November 2017   14:54 Diperbarui: 15 November 2017   01:49 4086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejatinya fatwa ini bagi sebagian masyarakat muslim mungkin sangat kontroversial, terlebih ketika fatwa ini benar-benar diungkapkan oleh seorang ulama dibawah naungan Majelis Ulama Arab Saudi. Padahal, dalam sejarah Islam disebutkan, bahwa Nabi Muhammad pernah menerima delegasi Nasrani dari Najran yang kemudian masuk ke Masjid Nabi, mereka bertemu Nabi Muhammad dan shalat di Masjid Nabi dengan menghadap ke Timur (Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah).

Sejarah yang ditulis oleh Ibnu Ishaq yang kemudian dilanjutkan oleh Ibnu Hisyam, soal penerimaan delegasi Nasrani oleh Nabi Muhammad, cukup membuktikan bahwa Islam dalam sejarah masa-masa awal mempraktekkan ajaran moderat. Memberikan kesempatan kepada agama lain untuk beribadah di Masjid adalah cara pandang moderatisme yang diajarkan Nabi Muhammad yang saat ini justru diungkap kembali oleh ulama senior Arab Saudi, tentu saja dengan alasan-alasan politis. 

Para ulama tentu saja khawatir, posisi dirinya terancam karena jika dipandang tidak moderat, dipastikan tak mendapat tempat sebagai ulama kerajaan yang seluruh kehidupannya dijamin pemerintah Arab Saudi. Konsep Islam moderat dalam konteks reformasi Arab Saudi tentu saja atas dorongan kepentingan kekuasaan, bukan atas dasar "kesadaran bersama" bahwa Islam adalah moderatisme itu sendiri.

Demi mewujudkan Visi Arab Saudi 2030 yang diprakarsai oleh Pangeran Salman bin Abdul Aziz, tentu saja berkepentingan menjadikan Islam Arab sebagai "rumah terbuka" yang lebih moderat, mampu  akomodatif terhadap berbagai perubahan sosial, termasuk modernisme. Sikap moderat dalam banyak hal, akan mampu menerima setiap perubahan, terlebih yang saat ini sedang gencar dijalankan oleh Muhammad Salman yang secara de facto memiliki legitimasi kekuasaan dan bertanggungjawab penuh dalam mewujudkan visi kerajaan. 

Dalam hal moderatisme Islam, Arab Saudi jelas tertinggal jauh dengan Indonesia, karena ciri moderat sudah melekat dalam keberagamaan bangsa ini, bahkan sejak para Wali Songo hadir mengislamkan Nusantara.

Bagi saya, Islam sudah pasti "moderat" melihat dari asal katanya, "aslama" (mendamaikan) dan "kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran" (taslim) yang berkonotasi "berdamai" dengan banyak hal, selama menunjukkan bukti atas kepatuhan dirinya kepada kebenaran yang diperintahkan Tuhan. "Kedamaian" tentu merupakan wujud dari model "jalan tengah" yang menghindari cara-cara kekerasan atau berkonflik. 

Walaupun istilah "Islam moderat" dikritik oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, karena mengindikasikan terhadap penggunaan istilah asing, namun sudah menjadi takdirnya bahwa umat muslim adalah "ummatan wasatho" (umat moderat yang memilih 'jalan tengah') sebagaimana disebut dalam kitab suci Al-Quran. 

Promosi "Islam moderat" yang saat ini dijalankan Arab Saudi semoga bukan karena alasan politis semata, tetapi menggugah kesadaran bersama, bahwa citra Islam moderat sangat penting, sebagai wujud penolakan atas ekstrimisme, kekerasan bahkan radikalisme-terorisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun