Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kopi: Tafsir atas Kehidupan yang Tidak Pernah Netral

24 Mei 2025   17:10 Diperbarui: 24 Mei 2025   17:10 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi minum kopi ala filsuf. (Images generated by Dall-E)

Makanya, jangan remehkan obrolan warung. Kadang lebih jujur daripada sidang akademik.

Kopi tidak butuh konsensus. Ia hanya butuh keberanian berpikir.

Kita hidup di zaman di mana opini diproduksi secara massal. Tapi kopi mengajarkan bahwa pikiran yang baik tidak bisa diproduksi cepat. Ia harus diseduh pelan-pelan, dikecap perlahan, dan dinikmati dalam sunyi.

Orang minum kopi sendirian bukan karena kesepian. Tapi karena ia ingin berpikir --- tanpa distraksi, tanpa algoritma, tanpa like dan share.

Maka, ketika kamu bertanya: "Mengapa kamu minum kopi?" Saya akan jawab:
"Karena saya ingin tahu, bukan hanya merasa."

Epilog: Kopi adalah kritik yang bisa diminum.

Ia tidak memaksa. Tidak menyerang. Tapi ia meresap. Dan kalau kamu cukup sabar, ia akan memperlihatkan bahwa dunia ini pahit --- bukan untuk ditolak, tapi untuk dipahami.

Karena hidup, seperti kopi, hanya bisa dinikmati oleh mereka yang bersedia berpikir.

****

V60 itu adalah alat seduh kopi manual yang bentuknya seperti corong (mirip huruf V, dengan sudut 60 derajat --- makanya namanya V60). Alat ini dipopulerkan oleh perusahaan Jepang bernama Hario.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun