Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Sains itu Katanya Ilmu yang Objektif, Benarkah?

16 Maret 2025   11:34 Diperbarui: 16 Maret 2025   11:34 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustraasi penelitian di laboratorium. (Sumber: Freepik/DC studio)

Kalian pasti sering denger kalau sains itu objektif. Katanya, ilmu pengetahuan itu cuma ngurusin fakta dan nggak ada hubungannya sama kepentingan siapa pun. Tapi coba deh, beneran kayak gitu? Atau jangan-jangan sains juga bisa dipengaruhi oleh hal-hal lain di luar logika dan data?

Gini ya, kalau sains itu murni objektif, kenapa ada penelitian yang fokus ke satu topik tertentu tapi topik lain malah diabaikan? Kenapa ada penelitian yang dibiayai oleh perusahaan besar, tapi ada juga yang nggak dapat pendanaan sama sekali? Jawabannya simpel: karena sains juga dipengaruhi oleh kepentingan!

Siapa yang Nentuin Topik Penelitian?

Coba lihat contoh sederhana. Misalnya ada dua penelitian:

  1. Penelitian tentang cara membuat rokok lebih aman.
  2. Penelitian tentang dampak rokok terhadap kesehatan.

Kira-kira, penelitian mana yang lebih mungkin didanai oleh perusahaan rokok? Jelas nomor satu, kan? Karena kalau nomor dua terlalu banyak dibahas, bisnis mereka bisa terancam. Nah, dari sini aja udah kelihatan kalau sains bisa dipengaruhi oleh pihak-pihak yang punya kepentingan.

Banyak riset yang sebenarnya bisa membantu masyarakat, tapi nggak dibiayai karena nggak menguntungkan buat pihak tertentu. Misalnya, penelitian tentang obat murah untuk penyakit langka sering kali nggak diminati oleh perusahaan farmasi besar. Kenapa? Karena mereka lebih suka bikin obat yang bisa dijual mahal dan dikonsumsi banyak orang. Jadi, bukan karena ilmunya nggak ada, tapi karena duit dan kepentingan yang menentukan arah penelitian.

Sains Juga Bisa Dimanipulasi

Kalian tahu nggak kalau ada masa di mana orang percaya kalau merokok itu aman? Itu karena dulu ada penelitian yang "dibantu" oleh perusahaan rokok buat nunjukin kalau merokok nggak berbahaya. Bahkan, ilmuwan yang bilang kalau rokok itu berbahaya malah diserang dan hasil penelitiannya nggak dipublikasikan.

Contoh lain, di Uni Soviet dulu ada teori yang namanya Lysenkoisme. Teori ini bilang kalau tanaman bisa "dilatih" supaya tumbuh lebih kuat tanpa harus pakai teori genetika. Masalahnya, teori ini didukung sama pemerintah waktu itu, padahal ilmuwan lain udah ngecek dan bilang kalau teori ini salah. Tapi karena politik lebih kuat dari sains, akhirnya teori ini dipaksain dan bikin Uni Soviet kelaparan karena gagal panen besar-besaran.

Dari contoh-contoh ini, bisa lihat kalau sains bisa dimanipulasi oleh kepentingan politik, ekonomi, atau ideologi tertentu. Jadi, nggak semua yang diklaim sebagai "ilmu pengetahuan" itu bener-bener murni dan objektif.

Objektivitas Itu Ada Batasnya

Bukan berarti semua sains itu bohong, ya! Jelas, banyak ilmuwan yang jujur dan bekerja keras buat nyari kebenaran. Tapi, yang harus dipahami adalah sains itu nggak pernah berdiri di ruang hampa. Ilmu pengetahuan berkembang dalam konteks sosial, politik, dan ekonomi tertentu.

Misalnya, riset tentang perubahan iklim. Banyak ilmuwan udah sepakat kalau perubahan iklim itu nyata dan disebabkan oleh manusia. Tapi, ada juga pihak-pihak yang berusaha menggembosi temuan ini, terutama perusahaan bahan bakar fosil yang bisnisnya bakal kena dampak kalau dunia serius mengurangi emisi karbon. Mereka bahkan mendanai "penelitian tandingan" buat bikin seolah-olah perubahan iklim itu masih bisa diperdebatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun